blog-image

MOJOKERTO-(GEMA MEDIA)- Berdasarkan data dari web resmi covid-19 Kota Mojokerto hingga Selasa, (5/5/2020) pukul 17:00 wib, jumlah penderita Covid-19 di Kota Mojokerto jumlah ODR mencapai 1888 orang. ODP sebanyak 319, OTG sebanyak 11 orang, dan terkonfirm 1 orang.

Untuk mendeteksi virus Corona pada pasien di Indonesia, pemerintah menggunakan dua metode, yakni rapid test dan swab tenggorokan. Keduanya adalah pemeriksaan yang berbeda.

Rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai penyaringan awal. Namun, untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak, hasil pemeriksaan swab dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) lah yang digunakan.

Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Mojokerto Dr Farida Mariana menjelaskan, ada beberapa metode pemeriksaan virus corona untuk mendeteksi patogen. Tingkatan berdasarkan akurasinya secara berturut-turut yakni, tes PCR, tes kultur dan rapid test.

Menurutnya, pemeriksaan metode molekuler dengan PCR seharusnya memang jadi pilihan utama. "Karena dengan PCR, yang diperiksa itu adalah virusnya sendiri," ujar Farida kepada Gemamedia.mojokertokota.go.id. Jumat (5/5/2020).

Ada beberapa perbedaan rapid test dan pemeriksaan swab tenggorokan. Pertama, Jenis sampel yang diambil. Di Indonesia, rapid test dilakukan dengan menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.

Kedua, Rapid test memeriksa virus menggunakan antibodi IgG dan IgM yang ada di dalam darah. Antibodi itu terbentuk di tubuh saat kita mengalami infeksi virus. Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.

Hasil rapid test dapat memperlihatkan adanya IgG atau IgM dalam darah. Jika ada, maka hasil rapid test dinyatakan positif ada infeksi. Namun, hasil tersebut bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi Covid-19.

Maka, orang dengan hasil rapid test positif akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab tenggorokan atau hidung. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat, sebab virus corona akan menempel di bagian dalam hidung atau tenggorokan saat masuk ke tubuh.

Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR. Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan keberadaan virus SARS-COV2 yang menyebabkan Covid-19 di tubuh seseorang.

Ketiga, Waktu yang diperlukan Rapid test hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasil keluar. Sementara itu, pemeriksaan menggunakan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk menunjukkan hasil.

Hasil pemeriksaan rapid test maupun PCR juga bisa keluar lebih lama jika kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel sudah penuh. Sehingga, sampel yang masuk harus antre untuk bisa diperiksa.

Keempat, Kelebihan dan kekurangan rapid test
Salah satu kelebihan rapid test adalah karena metode ini lebih mudah untuk dilakukan. Cara ini juga bisa menjadi alternatif skrining untuk mendata orang-orang yang butuh pemeriksaan lanjutan dengan cepat.

"Berdasarkan penjelasan diatas kekurangannya, hasil rapid test tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis Covid-19. Pasien yang positif rapid test harus melalui pemeriksaan lanjutan dengan metode swab," katanya.

Sedangkan untuk pasien yang negatif namun masih menunjukkan gejala sakit, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Jika tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.

Mengapa begitu? Karena IgG dan IgM, yaitu antibodi yang diperiksa melalui rapid test, tidak langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari hingga antibodi tersebut terbentuk.

Jadi, semisal Anda baru terpapar virus corona kemarin, lalu menjalani rapid test hari ini, maka kemungkinan besar hasilnya akan negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.

Begitupun saat hasil rapid test Anda positif, bisa jadi itu adalah false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap ada infeksi virus, dan bukan hanya akibat virus corona. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua: Anda benar terjangkit Covid-19 atau terinfeksi virus lain.

Adapun, kelebihan dan kekurangan pemeriksaan swab dan PCR. Pengambilan spesimen lendir menggunakan swab dan pemeriksaan menggunakan PCR adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2. Namun, metode pemeriksaan ini lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus. Saat ini, baru ada 48 laboratorium dengan fasilitas tersebut di Indonesia, sehingga kapasitas pemeriksaannya pun tidak terlalu besar. Akibatnya, butuh waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar.

Berikut tahapan swab test dengan metode PCR, teknik swab dilakukan untuk menyapukan alat seperti Cotron bud tetapi panjang ke area belakang hidung untuk mendapatkan cairan atau lendir yang terdapat di area tersebut.

"PCR intinya adalah pemeriksaan untuk mencocokkan DNA atau RNA yang dipunyai virus. Dengan teknik PCR, DNA atau RNA yang ada pada sampel dari swab tadi akan direplikasi atau digandakan sebanyak mungkin. DNA atau RNA dari sampel tersebut akan dicocokkan dengan susunan DNA SARS-COV2 yang sebelumnya sudah ada," tuturnya.

Jika cocok, maka pasien yang diambil sampel lendirnya positif terinfeksi Covid-19. Sebaliknya, jika ternyata tidak cocok, tandanya orang tersebut negatif terinfeksi Covid-19.

"Ada satu lagi alat test yang sebentar lagi akan di distribusikan oleh kemenkes yaitu Tes Cepat Molekuler (TCM), yang biasaya di gunakan untuk mendeteksi penyakit TBC.  Prinsipnya dan kualitasnya hampir sama dg PCR, yaitu memeriksa RNA antigen atau virus corona," lanjut Kabid P2PL.

Yang mana alat yang di gunakan berupa Catridge dengan tingkat akurasi 95% dan hampir di setiap laboratorium daerah punya alat ini cuma Catride yang dibutuhkan masih susah karena hampir semua negara membutuhkan untuk saat ini.