blog-image

Kepala Bappeko bersama dengan Dewan Riset Daerah menginisiasi pertemuan dari berbagai organisasi pemerhati/peduli lingkungan baik dalam dan luar negeri. Diskusi ini dipimpin langsung oleh Walikota Mojokerto, Ning Ita. Penyambutan dilakukan dengan memberi dan memasangkan udeng bagi laki-laki dan kain slempang motif batik bagi perempuan, kemudian acara dilanjutkan dengan memperkenalkan Kota Mojokerto di masa mendatang melalui rencana-rencana pembangunan dan pariwisata. Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, menyambut baik gagasan organisasi peduli lingkungan yang akan membuat Kota Mojokerto sebagai kota percontohan pertama di Indonesia dalam bidang Pengelolaan Sampah Terpadu. Tujuan akhirnya, adalah menjadikan kota Mojokerto sebagai KOTA TANPA TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Gagasan ini, merupakan hasil diskusi dengan beberapa organisasi, baik luar dan dalam negeri. Diskusi serius tersebut, menghadirkan Adrian Griffiths dan Dale Rautenbach (United Kingdom) dari Recycling Technologies. Serta Jean-Christophe Lesguillier (Perancis), Thomas Chhoa (Singapura), dan Edoardo Cavallo (Italia) dari Alliance to End Plastic Waste (AEPW). Dan dari Indonesia, ada CEO PT Tridi Oasis Dian Kurniawati dan CEO PT Reciki Solusi Indonesia/Bakti Bumi Bhima Aries Diyanto. Dalam diskusi ini, Adrian Griffiths dari Recycling Technologies menjelaskan tentang pengelolaan sampah (municipal solid waste) baik secara manual maupun mekanikal. Sehingga pada akhirnya, hanya 10 persen dari sampah yang akan masuk ke TPA. . Untuk pelaksanaan kerjasama ini, Pemerintah Kota Mojokerto perlu melakukan berbagai persiapan. Sedikitnya, ada tiga hal yang harus disiapkan. Pertama, menyiapkan (agreement) atau kesepakatan terkait penyediaan lahan pengelolaan sampah. Kedua menyiapkan perjanjian (agreement) terkait penyediaan sampah yang akan dikelola. Ketiga, menyiapkan perjanjian (agreement) terkait perizinan.