blog-image

Tempat pengolahan sampah akhir identik dengan bau dan kotor. Tapi hal ini tidak berlaku jika kita berkunjung ke TPA Randegan Kota Mojokerto. Sejak awal tahun 2016 lalu, TPA yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto ini “disulap” menjadi tempat wisata dan edukasi dengan taman-taman, perpustakaan dan kafe yang menarik pengunjung. Lebih dari 116 rombongan baik dari TK, PAUD, Mahasiswa hingga pemerintah dari luar kota berkunjung ke TPA Randegan untuk kunjungan wisata hingga studi banding. Hal ini membuat DLH Kota Mojokerto terus berbenah untuk melengkapi beberapa wahana yang dapat membuat pengunjung betah berlama-lama di TPA Randegan. Hal ini yang juga menarik perhatian delapan Kepala OPD Kabupaten Karawang Senin (16/10) studi banding ke TPA Randegan untuk melihat dari dekat proses pengolahan sampah hingga Kota Mojokerto dapat meraih Piala Adipura. Kepala DLH Kabupaten Karawang Wawan Setiawan dan Kepala Bappeda Eka memimpin rombongan langsung mendatangi TPA Randegan dan diterima Kepala DLH Kota Mojokerto Amin Wachid. Usai beberapa jam berkunjung ke TPA Randegan, rombongan menuju Kantor Pemkot Mojokerto dan diterima langsung oleh Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus di ruang kerjanya. Kiai Ud dalam arahannya menjelaskan tentang manajemen persampahan dengan gamblang. Hal ini membuat rombongan dari Kabupaten Karawang tersebut sangat antusias. Kiai Ud menjelaskan bahwa manajemen persampahan di Kota Mojokerto dimulai dari tingkat rumah tangga. 1600 kader motivator kesehatan yang setiap hari Jumat masuk ke rumah-rumah warga bertugas untuk mencari jentik nyamuk juga bertugas sebagai pemilah sampah warga. Peran serta masyarakat dilibatkan. Sampah kering yang masih bernilai ekonomis dipilah untuk masuk ke Bank Sampah. Bahkan hasil dari bank sampah bisa untuk membayar pajak. “Kita beri reward. Bagi siapapun yang bayar pajak melalui bank sampah, bisa mengikuti undian umroh atau wisata religi gratis. Ini untuk menambah semangat masyarakat dalam mengelola sampah,” tutur Kiai Ud. Masalah persampahan merupakan masalah yang sangat jamak ditemui di kota yang padat penduduk seperti Kota Mojokerto. Keberhasilan Kota Mojokerto dalam mengelola bank sampah yang membuat kota-kota padat penduduk di Indonesia tertarik untuk belajar manajemen persampahan di Kota Mojokerto. “Dari awal saya berpesan ke DLH bagaimana sampah ini harus dapat bermanfaat untuk masyarakat. Seperti menjadi pupuk, gas metan, jadi sampah benar-benar bermanfaat. Hal ini juga didukung dengan program Kasih Setia,” jelas Kiai Ud. Kasih Setia merupakan akronim dari Kampung Bersih, Sehat, Teduh, Indah dan Aman juga menjadi program andalan untuk mengubah pola hidup bersih masyarakat. Sementara itu Wawan Setiawan, Kepala DLH Kabupaten Karawang kagum dengan manajemen pengolahan sampah di Kota Mojokerto. “Kita banyak belajar disini dan akan kita adopsi untuk TPA Karawang. Karena kita masih open dumping atau sampah yang hanya ditumpuk saja. Kita di Kota Mojokerto belajar sistem pengolahan sampah, sanitasi landfill, gas metan, air lindi dan semuanya,” tutur Wawan antusias. (Rr,kha - HUmas)