blog-image

Sebagai kota terkecil dan terpadat membawa konsekuensi lingkungan bagi Kota Mojokerto. Hal ini dituturkan Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus saat menjadi nara sumber seminar di hadapan ratusan anggota pecinta alam se-Mojokerto Minggu (6/11). Selain memberikan materi seminar, Wali Kota juga berkesempatan memasang biopori bersama ratusan pemuda pecinta alam dan pelajar. Bertempat di Alun-alun Kota Mojokerto, Wali Kota hadir didampingi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Amin Wachid dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Heryana Dodik Murtono didukung oleh forum bersama pecinta alam mojopahit (forbespam). Menurut Wali Kota, karena kecilnya kota dan padatnya penduduk, konsekuensinya adalah masalah lingkungan pasti akan terganggu. Karena padatnya penduduk dan perumahan maka kondisi air tanahnya 57 persen mengandung bakteri ecoli. “Udara di Mojokerto kalau musim kemarau sudah mencapai ambang batas 0,01,” jalas orang nomor satu di Kota Mojokerto ini. “Karena itulah kita harus menyehatkan kembali air tanah dan udara kita dengan melaksanakan kegiatan penghijauan, memperbanyak pertamanan, memperbanyak ruang terbuka hijau. Serta untuk menyehatkan air tanah antara lain dengan memasang biopori ini,” tuturnya. Wali Kota mengapresiasi langkah gabungan pecinta alam se-Mojokerto tersebut untuk menanam biopori. “Kegiatan adik-adik ini sangat bermanfaat untuk melestarikan lingkungan dan sekaligus menyehatkan kehidupan di Kota Mojokerto yang kita cintai ini,” serunya. Kegiatan mulia ini dinilai Mas’ud Yunus sebagai bentuk pengabdian para pemuda kepada kotanya sekaligus merupakan tugas agama. “Sebab alam ini kalau rusak bukan karena yang lain, tapi karena ulah dari manusia itu sendiri,” urainya. (kha, Rr - Humas)