blog-image

“Perpustakaan adalah jantung sekolah. Untuk meningkatkan minat baca diperlukan peran petugas perpustakaan agar bisa memotivasi dan menggiring masyarakat untuk beramai-ramai datang ke perpustakaan untuk membaca. Oleh karenanya perpustakaan harus menarik, baik gedungnya, buku-bukunya, dan pelayanannya.” Demikian dipaparkan Walikota Mojokerto Mas’ud Yunus ketika membuka acara workshop etika layanan perpustakaan di Pendopo Graha Praja Wijaya, Rabu (24/9).

Lebih lanjut dikatakan Mas’ud, semakin bagus metodologi pemberian motivasi petugas perpustakaan maka semakin besar minat baca masyarakat. “Semakin besar minat baca masyarakat maka besar pula budaya membaca yang akan menjadi karakter masyarakat kota Mojokerto, sehingga berkualitas dan memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif seperti yang kita harapkan,” jelasnya.

Meningkatkan minat baca ini, menurut Walikota merupakan persoalan bersama yang harus dipecahkan. “Seperti pernah dikatakan Menteri Pendidikan dulu bahwa pendidikan adalah paksaan yang diatur. Memaksa untuk rajin membaca, dan perlu peran petugas perpustakaan. Saya melihat masih banyak sekolah yang tidak paham apa itu perpustakaan, hanya sekumpulan buku seperti gudang buku. Kalau bukunya berdebu dan katalog tidak ada, anak tidak akan mau membaca,” jelasnya.

Mas’ud juga menjelaskan dari 39 negara di dunia, Indonesia yang merupakan  negara terbesar penduduk muslimnya, setelah dinilai UNESCO menempati urutan ke-3, termasuk terbelakang dengan budaya baca masih rendah. “Negara Jepang 45% minat bacanya tinggi hampir separoh masyarakatnya gemar membaca, sedangkan Indonesia 0,01 % yang punya minat baca. Di luar negeri, bukan dikatakan sekolah kalau tidak ada perpustakaan,” katanya.

Sementara itu Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Mojokerto Rudi Ismail mengatakan workshop etika layanan perpustakaan ini bertujuan untuk meningkatkan budaya baca yang ada di masyarakat. “Orang tua sebagai tauladan sehingga anak mencontoh kebiasaan positif orang tua sehingga terbentuk budaya baca. Jadi gemar membaca bisa jadi budaya masyarakat sesuai visi misi kota Mojokerto,” katanya. Peserta worskhop etika layanan perpustakaan bagi petugas perpustakaan ini teridi dari pertugas perpustakaan SD Negeri/Swasta sebanyak 71 orang, perpustakaan kelurahan sebanyak 18 orang, perpustakaan masjid 4 orang, perpustakaan pondok pesantren 2 orang, taman baca 3 orang. Sedangkan narasumber workshop dari badan Perpustakaan Jawa Timur. (Rr - Humas)