Geliat Wayang Potehi
  • Post by Kota on 20 February 2013
blog-image

Ada yang berbeda di Balai Kelurahan Blooto pada hari Rabu malam (20/02/2013). Di setiap ujung tempat yang berada tepat di depan kantor kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto ini dipenuhi masyarakat dari semua usia, baik anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua. Wajah-wajah penasaran terlihat dari cara mereka untuk menguak kerumunan warga yang ingin menyaksikan acara yang dilaksanakan pada malam itu. Hal ini memang beralasan karena pada malam itu masyarakat bisa menyaksikan secara langsung salah satu bentuk kesenian unik yang jarang mereka lihat dan bahkan mungkin belum pernah mereka tonton yaitu pagelaran wayang potehi dalam agenda road show yang dilaksanakan di delapan belas kelurahan di seluruh wilayah Kota Mojokerto. Sepanjang ruas jalan yang berada di lingkup kantor Kelurahan Blooto, baik yang menuju ke arah Kemasan maupun yang ke arah Jombang menjadi macet dikarenakan lalu lalang warga yang ingin menyaksikan acara tersebut.

Kebanyakan masyarakat sudah merasa tidak asing dengan istilah wayang potehi atau kalau di Mojokerto lebih dikenal dengan istilah wayang titi, tetapi tidak banyak di antaranya yang pernah melihat atau menyaksikan secara langsung salah satu kesenian budaya asli Tionghoa yang sudah menjadi bagian kekayaan budaya tanah air. Selama ini masyarakat Mojokerto khususnya bisa menyaksikan pagelaran wayang potehi hanya pada moment-moment tertentu di Klenteng Hok Siang Kong Kota Mojokerto. Tapi, sejak awal Januari 2013 yang lalu, warga Kota Mojokerto bisa melihat secara langsung kesenian tersebut dalam agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh Yensen Project Indonesia bekerjasama dengan Dewan Kesenian Kota Mojokerto dan Banyumili dalam agenda Road Show Wayang Potehi di delapan belas kelurahan di Kota Mojokerto. Setidaknya sampai berita ini ditulis, sudah lima belas kelurahan dan empat sekolah yang mendapatkan giliran menyaksikan secara langsung salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia ini secara gratis.

Antusias warga untuk menyaksikan tontonan yang terbilang langka tersebut sangat terasa hampir di setiap kelurahan yang disinggahi, hal tersebut memang sangat beralasan, sebab, selain menyaksikan ketrampilan Dalang Ki Manteb Sutarto (Pak Kekek) dalam memainkan setiap gerakan dan karakter masing-masing lakon dalam cerita klasik maupun modern, masyarakat juga dihibur dengan atraksi kesenian barongsai sebagai pembuka acara pada sore harinya, sedangkan pada malam hari ditampilkan kesenian tradisional khas Jawa Timuran seperti tari Remo, lagu-lagu campursari dan penampilan lawak bersama dagelan-dagelan Cak Slamet dkk dari komunitas ludruk karya budaya Kota Mojokerto yang juga ikut ambil bagian dalam acara tersebut.

Ki Manteb Sutarto, pria kelahiran Surabaya 31 Maret 1966 yang merupakan salah satu dari sembilan dalang wayang potehi yang ada di Jawa Timur mengatakan, salah satu tujuan dilaksanakannya kegiatan road show wayang potehi di delapan belas kelurahan di wilayah Kota Mojokerto ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat akan eksistensi kesenian tradisional khas Tionghoa yang sudah menjadi salah satu kekayaan seni dan budaya Indonesia. Keberadaan wayang potehi di Indonesia sendiri sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, namun pada era tahun tujuh puluh sampai sembilan puluhan pementasan wayang potehi sulit dilaksanakan karena kebijakan pemerintah, baru setelahnya sampai sekarang boleh ditampilkan, terlihat eksistensinya.

“Tidak ada tendensi apapun dalam pegelaran yang kami selenggarakan, tujuan kami adalah ingin membangun silaturrahmi sekaligus memperkenalkan kesenian tradisonal wayang potehi kepada masyarakat di Kota Mojokerto, dengan demikian eksistensi kami bisa diterima di semua kalangan masyarakat, saat ini wayang potehi memang sudah diakui sebagai salah satu budaya Indonesia, meskipun demikian dengan kegiatan ini kami menanamkan cita-cita, semoga bisa menambah spirit budaya untuk wayang potehi agar betul-betul di kui seratus persen sebagai salah satu kekayaan seni budaya Indonesia,” kata Pak Kekek.

Sepanjang pengamatan Palapa, penampilan wayang potehi yang digelar di balai Kelurahan Blooto terasa sangat semarak, sebagaimana yang disampaikan Kuncoro Hariono, SE, Lurah Blooto pada kesempatan ngobrol bersama reporter Palapa mengatakan, sejak sore hari antusias masyarakat sudah sangat terasa. Ketika atraksi barongsai dilaksanakan, ada beberapa warga yang menginginkan agar group barongsai tersebut di arak keliling kampung, bahkan beberapa warga sudah menyiapkan angpao untuk rombongan barongsai di beberapa tempat saat menunjukkan atraksi dan keahliannya. “Wajar bagi kami, karena tontonan seperti ini masih terbilang langka, sehingga banyak warga yang penasaran untuk melihatnya,” ungkap Lurah Blooto di antara hiruk pikuknya warga yang lalu lalang. (rus)