blog-image

Sebanyak 28 kasus DBD terhitung hingga Januari 2012 dan 1 orang meninggal dunia di kota Palangkaraya, menggerakkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangkaraya untuk melakukan berbagai tindakan. Diantaranya dengan studi banding ke daerah lain untuk menanggulangi kasus DBD ini. Hal ini diungkap Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kota Palangkaraya, Holly G Sindhi, SST, MM, ketika melakukan kunjungan dan studi banding di Pemkot Mojokerto yang diterima oleh Wawali di ruang Nusantara, Selasa (7/2). 
 
Untuk jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Palangkaraya tahun  2011, kata Holly, sebanyak 22 Kasus, dan 1 orang meninggal dunia. “Di musim penghujan seperti saat ini DBD menjadi Kejadian Luar Biasa,” katanya.
 
Lebih lanjut dijelaskannya, Kegiatan Pemberantasan  DBD yang telah dilaksanakan di kota Palangkaraya diantaranya Promosi Kesehatan/Penyuluhan PSN, Pemantauan Jentik Berkala. “Tercatat  jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 1.396 Rumah, sedangkan jumlah rumah positif Jentik sebanyak 201 Rumah. Selain itu juga dilakukan Larvasidasi Massal yang dilaksanakan di 20 Kelurahan dan 10 Puskesmas. Serta Fogging Focus untuk kasus positif DBD berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi.
 
Kota yang memiliki luas wilayah keseluruhan 2.678,51 km2 dengan jumlah penduduk akhir tahun 2012 sebanyak 220.962 jiwa ini, diakui oleh Holly memiliki kendala dalam penanggulangan DBD dikarenakan rendahnya peran serta masyarakat. “Selain itu, pokjanal DBD Kelurahan belum berjalan optimal, terbatasnya dana kegiatan, dan kurang koordinasi dengan sektor terkait,” tambahnya. 
 
Sementara itu, Wawali mengatakan masalah kesehatan khususnya DBD bukan hanya tugas dan tanggung jawab Pemkot khusunya Dinkes saja, melainkan butuh partisipasi seluruh masyarakat. “Dengan adanya kegiatan rutin tiap Jum’at yang dihadiri oleh Walikota, Wawali, Sekda dan seluruh Kepala SKPD di lingkungan Pemkot Mojokerto dan melihat langsung kondisi masyarakat, dapat mengetahui masalah yang terjadi di daerah tersebut,” paparnya.
 
Selain itu, kader motivator di tiap Kelurahan sebagai ujung tombak memiliki tugas untuk memberi motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih sehat, agar terhindar dari berbagai penyakit, terutama demam berdarah.
 
Kepala Dinkes Kota Mojokerto, Dra. Cristiana Indah Wahyu W,Apt, M.Si, menjelaskan hasil kegiatan PSN dapat menekan kasus DBD di Kota Mojokerto. “Sebelum ada Gerakan Jum’at Berseri & PSN 60 Menit, yaitu Tahun 2006 (Januari sampai Februari) sebanyak 48 dan 38 penderita, 227/100.000 jumlah penduduk sebanyak 263 penderita (tertinggi se Jatim). Sedangkan, sesudah ada Gerakan Jum’at Berseri & PSN 60 Menit, yaitu tahun 2007  =  28/100.000 jumlah penduduk ada 33 penderita, Tahun 2008  =  23/100.000 jumlah penduduk ada 27 penderita, tahun 2009  =  21/100.000 jumlah penduduk ada 26 penderita, Tahun 2010  = 15/100.000 jumlah penduduk ada 19 penderita, Tahun 2011  = 11,6/100.000 jumlah penduduk ada 14 penderita, dan Tahun 2012 Bulan Januari  ada 1 penderita. Sedangkan angka kematian DBD  sebesar 0 %. Dengan demikian dapat menekan terjadinya KLB,” paparnya.
 
Dalam kesempatan ini juga dihadiri Ketua Komisi III DPRD Kota Mojokerto Nur Aida Rahayuningsih, SE, Kepala Satker, Kepala Puskesmas, Camat dan Lurah se kota Mojokerto, serta rombongan dari kota Palangkaraya sebanyak tujuh orang. Usai dialog, Walikota dan Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Kota Palangkaraya, bertukar cinderamata sebagai bentuk apresiasi dari kedua daerah. (Rr - Humas)