blog-image

Tim Penilai Wahana Tata Nugraha (WTN) tingkat nasional telah melakukan penilaian lapangan di kota Mojokerto, dan pada Rabu (12/1), memaparkan hasilnya dan memberikan  sejumlah catatan penilaian serta masukan di hadapan Walikota, jajaran Muspida, Kepala SKPD di lingkungan Pemkot Mojokerto di Pendopo Graha Praja Wijaya.

Dalam penilaian tersebut, Tim Penilai yang diketuai oleh Ir. Jamal Sebastian, MT mengatakan di kota Mojokerto ini beberapa hal memang sudah diterapkan dengan baik, namun memang ada yang masih belum dilaksanakan, diantaranya mengenai angkutan umum. Ia melihat pengemudi angkutan umum sudah menggunakan seragam dan tanda pengenal serta sabuk keselamatan, walaupun ada beberapa yang belum mengenakan.

Selain itu, Jamal melihat kondisi kendaraan umum di kota Mojokerto sebagian sudah ada keterangan trayek angkutan kota. Namun, masih ditemui kendaraan yang trayeknya tidak ditulis lengkap, tapi diganti dengan iklan produk di kaca samping maupun di depan angkutan.

Pada kendaraan tidak bermotor seperti becak, ia melihat di kota ini sudah dilengkapi reflector cahaya. “Dan bila mungkin ada yang belum memasang, reflector cahaya ini memang penting dan perlu dipasang terutama untuk pencahayaan di malam hari,” pesannya.

Menurut Jamal, kondisi jalan di kota Mojokerto sudah baik, dan trotoar hampir semua tersedia. Namun ia melihat kondisi permukaan sebagian kurang baik, kurang lebar dan masih ada yang berlubang, seperti tampak di Jalan Gajah Mada. “Disamping itu naik turunnya trotoar juga perlu diperhatikan. Dan tepi trotoar harus landai agar pengguna jalan tidak tersandung,” katanya.

Ia mencontohkan, trotoar di Jalan Bhayangkara sudah baik dan indah karena sudah berkeramik dan berharap lainnya juga bisa seperti trotoar ini. Namun, di beberapa trotoar masih ditemui tanaman atau pot bunga, yang menurutnya sebenarnya ini dapat mengganggu dan membahayakan pengguna jalan. ”Selain itu juga masih ada kendaraan yang parkir di trotoar dan di di ujung zebra cros, yang dapat menghalangi pejalan kaki. Parkir di kanan jalan juga sebenarnya tidak boleh, namun kadang orang melakukannya, karena tidak ada rambu yang melarang,” paparnya.

Alat pemberi isyarat lalu lintas di kota Mojokerto berdasarkan pengamatannya sudah ada dan cukup baik, namun beberapa rambu perlu ditambahkan seperti rambu penyeberangan yaitu rambu yang dipasang sebelum zebra cross, ini juga perlu dipasang. ”Selain itu juga harus ada rambu untuk persimpangan prioritas, dan ia mengatakan di kota Mojokerto ini beberapa memang sudah ada,” katanya.

Tim Penilai WTN tingkat propinsi ini juga mengomentari terminal Kertajaya, yang dinilainya lumayan baik, sedangkan yang perlu dilengkapi adalah rambu di pelataran terminal, dan marka.
Walikota Mojokerto Ir. H. Abdul Gani Soehartono, MM dalam sambutannya mengatakan piala WTN ini bukan merupakan tujuan akhir dari program pembangunan di bidang transportasi, akan tetapi lebih mengutamakan pada terwujudnya pelayanan transportasi yang aman, tertib, dan aman bagi masyarakat.

Penghargaan ini, kata Walikota mungkin bukanlah segalanya, namun akan sangat bangga bila mampu meraihnya kembali untuk kelima kalinya sehingga memperoleh Wahana Tata Nugraha Kencana. “Hal ini tentunya juga berkat kerja keras dan kerja sama dari semua pihak terkait baik di pemkot Mojokerto maupun masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, keberadaan tanaman atau pot di beberapa trotoar, menurut Walikota ini dianggap perlu untuk keasrian dan kesejukan kota, seperti yang telah disampaikan dalam penilaian Adipura. Dan dalam hal ini, Walikota mengaku sempat dilema, karena di sisi lain ini bertentangan dengan penilaian WTN. Bagaimanapun, Walikota menambahkan, catatan yang diberikan oleh Tim Penilai kali ini akan ditindaklanjuti dengan baik demi perbaikan dan peningkatan di tahun mendatang.

Usai memberikan sambutan, Tim Penilai menyerahkan hasil penilaian kepada Walikota. Selanjutnya, Walikota menyerahkan souvenir kepada Ketua Tim. (Rr - Humas)