Dinyatakan Waspada Dini
  • Post by Kota on 18 February 2010
blog-image

Penderita Chikungunya Membengkak

MOJOKERTO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto menyatakan penyakit chikungunya yang mengganas di Lingkungan Ngaglik Kelurahan Kranggan Kecamatan Prajurit Kulon sudah memasuki fase waspada dini. Bukan hanya memacu potensi penularan kepada warga yang lain, tetapi dapat juga menyerang lingkungan hingga kelurahan di wilayah kota. Terutama warga yang tinggal di sekitar sungai dan area persawahan.

Untuk mencegah itu, Dinkes sendiri sudah melakukan upaya pengasapan (fogging) dan pemberian obat gratis kepada warga yang terdeteksi chikungunya. "Kita belum dapat menyatakan kasus chikungunya di lingkungan Ngaglik itu masuk dalam kategori KLB. Tapi untuk sementara berstatus kewaspadaan dini," ungkap Kepala Dinkes, Criastiana Indah Wahyu, kemarin.

Jika sebelumnya dari 7 RT di RW 4, petugas Dinkes yang diturunkan ke lapangan hanya menyentuh beberapa RT, kemarin fogging tersebut dilakukan merata ke semua RT. Bahkan, rumah warga dan pekarangan kosong tidak luput dari sasaran pengasapan. "Kita mencoba memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Terutama yang berada di luar rumah," terangnya.

Selain pengasapan, Dinkes juga melakukan pendeteksian ulang dan pemberian obat gratis kepada warga yang masih mengalami demam tinggi dan gangguan persendian. Seperti linu-linu hingga tidak bisa berjalan. Memang, terjadinya kasus akibat serangan nyamuk aedes albopictus sejenis aides aegepty dalam tahun 2010 baru pertamakali di kota Mojokerto. Itu menyusul kawasan lingkungan Ngaglik diketahui cukup berdekatan di area persawahan dan sungai sadar.

Indah mengungkapkan, kewaspadaan dini tersebut bukan saja dilakukan oleh warga yang tinggal di Kelurahan Kranggan. Namun seiring, masih terjadinya musim penghujan semua kelurahan se-Kota Mojokerto juga diminta mewaspadai hal yang sama. Terlebih bagi mereka yang rumahnya berada di sekitar sungai dan kawasan persawahan. "Disamping itu mobilitas dan keberadaan sungai dapat juga memengaruhi. Makanya kita memprediksi bukan saja chikungunya tapi DBD bakal terjadi sampai bulan April mendatang," tukasnya.

Inventarisasi Dinkes, Kelurahan yang rawan penularan chikungunya diantaranya Kelurahan Gunung Gedangan, Kelurahan Blooto, Kelurahan Pulorejo, Kelurahan Kedundung, Kelurahan Mentikan, serta sebagian Kelurahan Wates dan Magersari. "Makanya kami minta warga untuk aktif menggerakkan PSN (pemberantasan sarang nyamuk, Red). Tidak hanya di dalam, tapi diluar rumah itu tak kalah penting," tambah mantan wakil direktur (wadir) RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo bidang pelayanan.

Disinggung mengenai potensi KLB, Indah menepis jika serangan virus chikungunya itu masuk dalam fase KLB (Kejadian Luar Biasa). Meski dinkes mencatat telah terdapat 27 warga terserang, tetapi tidak serta merta dalam menyimpulkan. Diantaranya harus melihat beberapa ketentuan, diantaranya, terdapat peningkatan kasus dua kali selama dua bulan berturut-turut, terdapat kematian, tidak ada kasus menjadi ada, serta jumlahnya tidak mencapai 100 ribu perjumlah penduduk kota.

Sementara itu, meski dinkes sudah menurunkan petugas guna menjalankan fogging dan pengobatan gratis, kemarin masih banyak ditemukan warga terdeteksi chikungunya. Seperti yang dialami Siti Aminah, warga RT 05. Bahkan, penyakit tersebut juga menyerang suami dan anaknya selama tiga hari terakhir. Akibatnya, mereka tidak dapat melakukan aktifitas kerja. "Selama tiga hari ini kita hanya bisa berbaring di atas kamar tidur," terangnya. Keluhan yang dirasakan Siti tidak berbeda dengan warga sebelumnya. "Tubuh rasanya linu-linu tidak bisa berjalan. Disertai demam tinggi," tambahnya. Informasi yang didapat Radar Mojokerto jika sebelumnya tercatat 50 warga tak luput dari gigitan nyamuk aedes albopictus kini jumlahnya membengkak hingga mencapai 60 orang. Penambahan itu lantaran banyaknya warga yang tertular dalam waktu cukup singkat. Rata-rata dialami, orang dewasa, lansia dan anak-anak. "Keluhan yang dialami warga hampir mirip semua. Diawali demam tinggi lalu mereka tidak dapat berjalan karena persendian kaki dan tubuh seperti lumpuh," tambah Ketua PSN Lingkungan Ngaglik, Istutik. (ris/nk)
 
Sumber : Radar mojokerto