Keliling Kota, Barongsai Gandeng Reog
  • Post by Kota on 15 February 2010
blog-image

Rayakan Imlek, Doakan Gus Dur

MOJOKERTO - Perayaan Imlek 2561 yang jatuh pada 14 Februari bertepatan dengan Hari Valentine di Kota Mojokerto terasa berbeda dibanding tahun sebelumnya. Selain kental dengan kesenian barongsai, perayaan dengan cara keliling kota itu juga diwarnai beragam seni lokal. Seperti Reog Ponorogo, atraksi pagar nusa, rebana dan terbang jidor yang notabene adalah ciri khas umat muslim.

Tak syak atas penampilan dalam bentuk arak-arakan itu, antusiasme masyarakat cukup tinggi. Bukan hanya penganut Konghucu, namun penganut agama lain pun menyambut penuh rasa kekeluargaan dan persauadaraan.

Arakan-arakan yang diikuti sekitar 6 rombongan itu diawali dari Klenteng Hok Sian Kiong, Jalan Residen Pamuji menuju Jalan Letkol Sumarjo, Jalan A Yani, Jalan Majapahit, Jalan Bhayangkara, Jalan PB Sudirman dan finis di klenteng.

Selama di perjalanan, masyarakat bukan saja menikmati tampilan gratis dari depan rumah dan pertokoan, melainkan di jalan-jalan penuh sesak masyarakat. Baik dari kota maupun Kabupaten Mojokerto.

Seakan sudah menjadi adat istiadat, selama di Jalan Majapahit sebagai pusat pertokoan, Barongsai sengaja menghampiri beberapa toko untuk memungut angpao.

Uniknya, angpao yang dibingkai dalam amplop merah sering kali diberikan oleh para karyawan maupun anak-anak dari pemilik toko. ''Tahun ini kami sengaja membuat tema Bersama dalam Kebhinekaan. Sehingga, bukan saja menampilkan budaya kami sendiri, tapi juga budaya-budaya yang lain. Termasuk pagar nusa dan terbang jidor,'' ujar Ketua Panitia, Gde Sidarta di sela-sela arak-arakan.

Angpao yang dipungut dari pusat pertokoan, oleh rombongan lantas diberikan kepada masyarakat luas. Hal itu sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas tali persaudaraan yang telah dijalin lintas agama selama ini. ''Makanya tadi kita sertakan juga bendera merah putih sekaligus atribut masing-masing rombongan," terangnya.

Sebelum resmi diberangkatkan, acara tersebut diawali dengan doa bersama di Klenteng Hok Sian Kiong. Selain untuk menghormati perayaan Imlek, doa tersebut lantas ditujukan kepada almarhum Presiden ke-4 RI, KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur.

Tidak berhenti di situ, pegelaran berbagai atraksi tidak hanya berlangsung selama arak-arakan. Masyarakat yang juga memenuhi halaman klenteng pun kembali menikmati pergelaran seni dari masing-masing rombongan. Baik Reog Ponorogo, terbang jidor, pagar nusa, japilang (Kuda Lumping), hingga atraksi memukau dari tim khusus barongsai.

Pengurus GP Ansor sekaligus panitia, Isnaini menuturkan, sajian terbang jidor, rebana dan pagar nusa adalah bagian dari bentuk solidaritas umat muslim. Terutama, bertujuan melanjutkan perjuangan dan pemikiran Gus Dur sebagi Bapak Pluraslisme dan Guru Bangsa.

''Yang lebih penting adalah kesadaran kita untuk saling menghormati lintas keimanan. Apalagi setelah Gus Dur wafat, masyarakat perlu membumikan ajaran dan pemikiran beliau," tandas mantan aktivis PMII IAIN Surabaya ini. (ris/yr)

Sumber : Radar Mojokerto