Delapan Kelurahan Endemi Dbd
  • Post by Kota on 04 December 2009
blog-image

Perlu Waspada hingga Enam Bulan
MOJOKERTO - Sebanyak delapan kelurahan di Kota Mojokerto masuk sebagai wilayah atau desa endemis penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Bahkan daerah yang tersebar di dua kecamatan tersebut dianggap merupakan langganan penderita penyakit yang disebabkan nyamuk aides aigepty selama tiga tahun berturut-turut.

''Kelurahan yang masuk sebagai daerah endemis DBD itu memang dalam tiga tahun terakhir ini tercatat mengalami kasus DBD secara beturut-turut," ungkap Plt Kabid Pencegahan Penyakit dan Pembinaan Lingkungan (P2L) Dinkes, Ida Nurdiati, kemarin.

Delapan kelurahan sebagai langganan penderita DBD itu masing-masing Kelurahan Wates, Kedundung, Magersari, Balongsari dan Meri di Kecamatan Magersari. Kelurahan Mentikan, Kranggan dan Miji di Kecamatan Prajurit Kulon.

Ida mengungkapkan, penularan DBD di masing-masing kelurahan tersebut bukan saja lantaran musim penghujan yang mesti harus diwaspadai oleh masyarakat. Dari bulan November 2009 hingga Mei 2010.

Namun lebih karena faktor manusia dan penularan lain. Semisal, mobilisasi penduduk yang tinggi, penularan melalui sekolah bagi siswa dan pelajar termasuk minimnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan rumah. Terutama enggan melaksanakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 60 menit.

''Selain faktor cuaca mobilisasi yang tinggi memang cukup berpengaruh. Baik itu aktivitas pekerjaan, sekolah atau yang lain. Sebab dengan begitu potensi gigitan nyamuk dan penularan cukup cepat," terang perempuan berkacamata bening ini.
Berdasarkan kasus yang terjadi di Kota Mojokerto, selama tahun 2009 hingga bulan November, Dinkes mencatat terdapat 26 kasus DBD. Dimana penderita terbanyak dialami oleh anak-anak dan usia sekolah. Dari tingkat SD hingga SMA.

Bahkan, Ida mengaku pada akhir bulan November kemarin, pihaknya mendapat laporan di Kelurahan Meri kasus yang sama menimpa seorang anak berusia 11 tahun. ''Artinya dalam kurun waktu enam bulan kedepan masyarakat harus selalu waspada. Sebab dari bulan November hingga Mei nanti DBD cukup berpotensi," imbuhnya. ''Meski begitu bukan berarti kelurahan lain bebas DBD. Tapi memiliki kewaspadaan yang sama," tambahnya.

Kewaspadaan sebagai penangkal gigitan nyamuk aides aigepty kata Ida, masyarakat diminta untuk lebih mengefektivitaskan kader-kader jumantik di masing-masing lingkungan dan Kelurahan melalui program PSN 60 menit.

Tidak terkecuali kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dengan aktif melakukan tiga M yakni menguras, menutup dan mengubur. ''Jangan hanya fokus pada lingkungan. Tak kalah penting genangan atau tempat penampungan air dalam rumah tidak boleh dilupakan. Sebab, itu bisa jadi potensi utama jentik berkembang," urainya.

Disamping mengendalikan langkah imbauan, DBD yang pernah menelan korban jiwa sebanyak 3 orang pada tahun 2005 dan 1 orang di tahun 2006 juga akan mengambil langkah konkret. Yakni dalam bentuk meningkatkan pengawasan, pelacakan, pengasapan (fogging) dan penyebaran abate.

''Kita kordinasaikan dengan puskesmas pembantu maupun induk yang ada di kota. Jika mendapat laporan atau menemukan kasus segera ambil tindakan," tegasnya.

Tidak hanya pada lingkungan dan masyarakat, penekanan angka kasus DBD yang dikenal berbahaya juga dilakukan pada semua lembaga pendidikan dan perkantoran. Di sekolah, lanjut Ida, sejak bulan September lalu, saat ini semua tingkatan memiliki kader jumantik atau disebut siswa pemantau jentik (wamantik).

Dengan wamantik, diharapkan siswa dapat respons dengan kondisi kebersihan lingkungan sekolah untuk mencegah penyebaran DBD. ''Sebab di dalam sekolah siswa bukan saja warga kota, namun ada dari daerah luar. Makanya semua harus diwaspadai," paparnya. Dengan langkah-langkah tersebut, Ida berharap selama enam bulan kedepan angka penderita DBD dapat ditekan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

''Harapan kita seperti itu. Paling tidak dengan menerapkan program PSN di masing-masing rumah dan sekolah penderita DBD di kota akan turun drastis," tandas Ida. (ris/yr)

Sumber : Radar Mojokerto