- Post by humas on 14 June 2009
Dalam upaya mengembangkan kreativitas dan meningkatkan daya imajinasi anak, Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOP TKI) Kota Mojokerto menggelar lomba mewarnai di Alon-alon Kota Mojokerto, Sabtu (13/6) dihadiri Wakil Walikota Mojokerto, Ketua DPC GOP TKI, Wakil Ketua TP PKK Kota dan guru pendamping.
Lomba mewarnai digelar dalam rangka memperingati HUT Kota Mojokerto ke-91 dan Hari Anak Nasional Tahun 2009 dibuka Wakil Walikota Mojokerto, Drs. H. Mas’ud Yunus, pada sambutan awal pembukaan mengatakan bahwa lomba mewarnai mempunyai makna bagi kemajuan pendidikan semua anak Indonesia, ada sebuah ungkapan mendidik anak sejakusia dini sama dengan mengukir diatas batu, sejak TK dikembangkan potensi yang ada pada dirinya agar menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Sejak anak lahir mempunyai empat kecerdasan, kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan skill.
Lomba mewarnai ini adalah salah upaya dari empat kecerdasan agar menjadi generasi yang cerdas dan bermoral, untuk itu jadikan lomba mewarnai ini sebagai agenda tahunan untuk mengembangkan potensi anak, juga mewujudkan misi dan visi Kota Mojokerto. Harap Mas’ud Yunus
Lebih lanjut dikatakan ada sekitar 300 (tiga ratus ) siswa Taman Kanak-kanak/RA mengikuti lomba ini yang berarti hari anak nasional merupakan hari yang sepenuhnya menjadi milik semua anak Indonesia, baik yang berada di desa maupun di Kota memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan diri dalam berbagai kegiatn positif guna mengembangkan kepribadiannya maupun bagi masa depan bangsa dan negaranya. Tujuan kegiatan tersebut antara lain untuk meningkatkan prestasi siswa, membina bakat dan minat anak, mengembangkan kreativitas dan meningkatkan daya imajinasi anak serta engembangkan sikap dan sporivitas, kompetisi dengan yang sehat.
Perlu diingat dari dewan juri, bahwa kreativitas anak jangan dipaksakan,agar anak tidak tertekan, bagi yang kursus warnanya nampak dari gurunya, biarkan mereka kreativitas dari dirinya sendiri, karena anak yang dipaksa sering menemui kegagalan (Rr, Humas)