Harga Sembako Kian Melangit
  • Post by Kota on 30 December 2008
blog-image

Mendekati Tahun Baru 2009, harga sejumlah kebutuhan pokok terus merangkak naik. Di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto melangitnya harga sembako terjadi pada harga beras, gula pasir, telur ayam, minyak goreng, dan bahan-bahan dapur.

Menurut para pedagang, kenaikan yang terjadi antara Rp 200 hingga Rp 1.000. Harga beras jenis IR 64 misalnya, jika sebelum hari Natal lalu dijual Rp 4.800 per kilogram naik menjadi Rp 5.200 per kilogram. Untuk beras jenis bramu dari harga Rp 5.500 kini dijual Rp 6.000.

Harga minyak goreng (migor) dari Rp 6.500 per kilogram naik menjadi Rp 6.800 kilogram. Harga telor ayam yang semula dijual Rp 11.500 per kilogram kini naik menjadi Rp 12.000. ''Kenaikan beberapa bahan pokok itu terjadi tepat saat perayaan hari Natal lalu,'' ungkap Ali Imron salah satu pedagang kepada Radar Mojokerto Senin (29/12) kemarin.

Selain harga sembako kenaikan juga terjadi pada bahan-bahan dapur berupa bawang merah dan kemiri. Bawang merah kata Imron, sebalum Natal dijual dengan Rp 6.000 per kilogram kini naik menjadi Rp 7.000 per kilogram. Sedangkan bahan dapur kemiri semula dijual dengan harga Rp 12.000 kini naik Rp 1.000 menjadi Rp 13.000 kilogram.

Menurut Imron kenaikan kebutuhan harga pokok tersebut memang tidak diketahui sebelumnya. Sebab Disperindag Kota Mojokerto dan distributor sembako tidak pernah menyampaikan keterangan resmi kepada pedagang. ''Yang kami tahu harga dari distributor sudah naik. Karena itu harga jual kami sudah otomatis mengalami kenaikan," urainya.

Namun Imron menduga kenaikan sembako dipicu beberapa hal, diantaranya, untuk beras dan gula pasir saat ini karena memasuki masa tanam dan lewat masa giling untuk pabrik gula. ''Termasuk berlaku untuk bawang merah dan kemiri. Ketika masa panen lewat biasanya harga jual dari petani dan pengirim naik dari harga semula,'' terang Imron.

Kendati demikian volume penjual yang dialami para pedangang tidak lantas terpengaruh. Bahkan, belakangan penjualan mereka mengalami kenaikan mencapai 50 persen.

''Ya mungkin kenaikan permintaan seiring banyaknya masyarakat yang menggelar hajatan," ungkap Khoiriyah pedagang lain. Kenaikan harga lanjut Khoiriyah, seperti pada penghujung tahun sebelumnya, tidak sedikit distributor beras, telur ayam, penjual bawang merah dan kemiri lebih memilih menjual ke pasar tradisional di Jakarta.

Selain harga jual lebih menjanjikan, peluang permintaan pun semakin besar. ''Makanya kami harus mengimbangi harga jual di sana (Jakarta, Red). Kalau tidak begitu bisa-bisa tidak kebagian pengiriman," katanya.

Jika pedagang menerima banyak permintaan, para pembeli justru mengeluhkan harga sembako yang terus merangkak naik. Meski sebelumnya ada penurunan pada harga BBM mereka tetap mengurangi jumlah pembelian. ''Sudah jelas kalau sembako terus naik pembelian kita terbatas. Kiranya bisa membeli lima jenis bahan sekaranga hanya mampu dibelikan tiga jenis saja," kata Rusdiana warga Perum Puskopad Sooko, Mojokerto. Hal yang sama juga dikeluhkan pembeli lainnya Lilik, warga Desa Unggahan, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Bila harga sembako terus merangkak naik, akibat lain yang timbul adalah kebutuhan hidup lain terancam tidak bisa terbeli.

Salah satunya minyak tanah (mitan) sebagai bahan bakar memasak yang kian mahal. ''Sebagai masyarakat kecil tentu hanya minta semua harga murah dan terjangkau. Karena itu kami berharap pemerintah bisa mengantisipasi hal ini secepatnya,'' ujar Lilik. (ris/yr)

Sumber       :         Radar  Mojokerto