blog-image

Kuasai Bahasa Inggris sejak TK, Tiap Bulan Beli Buku Ratusan Ribu

Maharani Stavira Indrasuta, Siswi kelas VI SD TNH Kota Mojokerto menorehkan prestasi membanggakan. Setelah berhasil meraih juara tiga dalam International Mathematic and Science Olympiade (IMSO) ke-5 yang digelar di Mataram 8-14 November lalu

RASA capai masih terlihat menghiasi wajahnya. Putri pertama dari dua bersaudara pasangan Wiratama Indrasuta-Titin Senjaya lebih banyak diam saat ditemui di sekolahnya. Maklum, dirinya baru saja pulang dari Mataram. Setelah melewati hari-hari melelahkan mulai dari karantina hingga pelaksanaan lomba. ''Tapi tetap senang, Mas,'' ucapnya bangga sambil mengurai senyum. Rona kebahagiaan memancar dari wajahnya kala ditanya prestasi yang baru saja diraih.

Selain karena meraih juara, dirinya juga mengaku mendapat banyak kenalan selama lomba. ''Sempat tukar e-mail dan nomor ponsel,'' ujarnya. Terutama dengan para peserta dari luar negeri. Semisal Hongkong, Malaysia, Thailand, Singapura dan Taiwan serta Brunei. ''Yang kasihan dari Nigeria, karena tidak dapat medali sama sekali,'' ungkapnya.

Total jumlah peserta IMSO untuk nomor IPA terdapat 58 siswa dari 10 negara. Juara pertama nomor tersebut diraih peserta dari Singapura. Sementara juara kedua, juga diraih delegasi asal Indonesia.

''Kita banyak kalah literatur dari para peserta asal Singapura,'' ungkapnya. Karena Singapura dikenal sebagai gudangnya literature science. Sehingga hampir semua peserta IMSO menyatakan pernah belanja literatur ke negeri Singa tersebut. ''Buku-buku science mutakhir yang dipegang mayoritas peserta luar negeri banyak dibeli di Singapura,'' urai siswi yang bercita-cita menjadi dokter ini.

Meski dirinya sama sekali tidak kesulitan mengerjakan semua soal yang disuguhkan. Mulai dari teori, hingga eksperimen biologi dan fisika. Semua literatur tersebut sebagian masih sulit didapat di kota-kota besar apalagi di Kota Mojokerto. ''Paling-paling di Indonesia, adanya hanya di Jakarta,'' ujar Titin Senjaya, ibunda Maharani.

Itulah yang diakui menjadi salah satu penyebab kekalahan. Selain faktor stamina dan ketahanan fisik. Sejak 4-7 Nopember, Maharani sudah menjalani karantina di Mataram. Menjalani pembekalan terakhir pagi hingga malam. Setelahnya, mulai 8-14 acara inti dilangsungkan. Serangkaian kegiatan pendukung yang melelahkan wajib dijalani. Mulai dari seremoni pembukaan, hingga tour ke sejumlah tempat wisata setiap kali usai sesi lomba. Sehingga meminimalkan waktu istirahat peserta. Maklum, pelaksanaan IMSO kali ini juga membawa misi mendukung program pemerintah yang mencanangkan 2008 sebagai tahun kunjungan wisata.

''Meski sudah terbiasa, Maharani tetap nampak kelelahan menyesuaikan dengan jadwal,'' ujar Setiyawati, guru pendamping Maharani. Sehari-hari di sekolah Maharani mengikuti program remedy. Usai jam belajar hingga pukul 13.00, dirinya mengikuti ekstra kurikuler dalam kegiatan ilmiah siswa (KIS).

''Dia juga ikut sejumlah kursus,'' tutur sang ibu. Mulai dari kursus Piano, Melukis, sempoa dan bahasa Mandarin. ''Bahasa Inggris saya ajari sendiri,'' tutur alumnus Sastra Inggris Universitas Petra ini.

Sejak TK, Maharani diakui sudah senang berbahasa Inggris dan memiliki hobi membaca. ''Baru masuk Kelas I, dia dapat buku PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) langsung dibaca sampai habis,'' jelasnya.

Sejak itu, dia gemar membeli buku. Fiksi ataupun nonfiksi, edisi Indonesia maupun Inggris. ''Tiap bulan sekali selalu minta ke toko beli buku,'' ungkapnya. Rata-rata senilai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu. ''Pernah sampai habis Rp 700 ribu lebih,'' jelas Titin.

Maharani sendiri mengaku selalu penasaran dengan buku yang dibacanya. Sehingga selalu melahap buku bacaan sekali duduk. Terlebih bila buku itu terkait dengan science. ''Bisa tahan lima jam kalau sedang baca,'' tutur Maharani kalem.

Bila masih belum selesai, kembali dilanjutkan hingga tuntas. Bukan hanya itu, siswi kelahiran 7 Januari 1998 ini juga sering mencoba mempraktikkan buku-buku science yang baru dibacanya.

''Dimananpun Rani senang membeli buku, selama beberapa kali pembinaan di Jakarta, dia selalu minta diantar beli buku,'' ujar Widiyawati, guru pembimbing yang selalu menyertainya. ''Saat lelah pun dia senantiasa baca buku, sepertinya, saat membaca buku itulah dia istirahat,'' tambahnya. (yr)
 
Sumber         :     Radar Mojokerto