Harga Daging Dan Telur Meroket
  • Post by Kota on 01 September 2008
blog-image

Memasuki Bulan Ramadan H-1, harga daging dan ayam di pasaran melonjak tinggi. Harga daging Rp 55 ribu per kilogram dari harga semula sebesar Rp 48 ribu per kilogram. Sedangkan harga ayam yang semula dijual Rp 20 ribu per kilogram, kini mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Meskipun demikian, penjualan di tingkat pedagang justru meningkat.

''Sebelumnya hanya bisa menjual setengah kuintal, sekarang bisa habis 1,5 kuintal," ungkap Zainuri, salah satu pedagang ayam di Pasar Tanjung Anyar, Kota Mojokerto yang ditemui kemarin. Menurutnya, meroketnya harga daging ayam tersebut dipicu lantaran meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa yang terjadi sepekan terakhir. Sebaliknya, di tingkat peternak ayam saat ini sudah mengalami kelangkaan. ''Di samping itu, harga pakan ternak dirasakan peternak cukup memberatkan. Karena sangat mahal,'' jelasnya.

Hal yang sama juga diakui pedagang daging sapi. Ismiati, salah satunya. Dia mengaku, terhitung sejak kemarin daging yang dijualnya naik hingga Rp 55 per kilogram dari sebelumnya Rp 48 kilogram. ''Sebenarnya, dari tempat penyembelihan kenaikan daging terjadi sejak 28 Agustus lalu. Namun, saya baru hari ini menaikkan harga," jelasnya.

Perempuan berusia 37 tahun itu mengatakan, berdasarkan keterangan yang didapat dari penyembelihan hewan, kenaikan daging sapi terjadi karena meningkatnya permintaan. Namun, di tingkat peternak hewan sapi siap sembelih semakin sulit didapat. ''Katanya sekarang cari ternak sapi sangat sulit," papar perempuan berkerudung itu.

Kendati demikian, tidak berbeda dengan nasib yang dialami pedagang ayam. Tingkat penjualan daging Ismiati belakangan ini meningkat. ''Ya mungkin karena memasuki Ramadan," ungkapnya.

Sementara itu, meningkatnya harga daging dan ayam di pasaran juga berdampak meroketnya harga telur. Dari semula dijual Rp 9.800 per kilogram, saat ini dijual Rp 14.500 per kilogram.

Farida, salah satu penjual telur mengatakan, kenaikan tersebut terjadi seiring dengan kenaikan harga ayam sepekan lalu. ''Soal apa penyebabnya, saya tidak tahu pasti. Tapi, kenaikan harga telur kali ini tidak biasanya," ujar Farida.

Meskipun demikian, jumlah pembeli telur terus meningkat. Bahkan, Farida terpaksa menambah volume penjualan. Pada sebelumnya hanya 25 per peti, dalam dua hari saat ini membengkak menjadi 40 peti. ''Tapi, sekarang rasanya sulit mencari barang," paparnya.

Karena itu, dia berharap agar pemerintah bisa menekan kenaikan harga telur yang terus melangit. Yaitu, dengan cara melakukan pengawasan lapangan, kemungkinan terjadi permainan harga dari oknum yang memanfaatkan kebutuhan menjelang Ramadan. ''Kalau pemerintah diam, bukan tidak mungkin harganya akan terus naik. Apalagi, saat memasuki Lebaran," ungkap Farida. (ris/yr)

Sumber        :       Radar Mojokerto