Sopir Naikkan Tarif
  • Post by Kota on 26 May 2008
blog-image


Tak Mau Merugi, Tak Tunggu Tarif Resmi
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak pada tarif angkutan kota di Mojokerto. Beberapa sopir lin telah menaikkan tarif kendati belum ada pengumuman resmi dari instansi terkait. Mereka nekat menaikkan tarif karena dua hari pascakenaikan BBM mengalami kerugian.

Tak tanggung-tanggung, para sopir menaikkan tarif angkot dan angdes hingga 27 persen. Jika biasanya tarif Rp 2.000 menjadi Rp 2.500 berlaku bagi penumpang umum. Serta Rp 1.500 naik menjadi Rp 2.000 untuk kalangan pelajar.

Suyadi, salah satu sopir angkot Lin D mengatakan, kenaikan tarif dilakukan bertujuan untuk mengimbangi biaya operasional yang membengkak. "Agar bisa tetap beroperasional kita terpaksa menaikkan tarif angkutan," ujarnya.

Menurutnya, tarif yang berjalan sejak dua hari lalu, diberlakukan bagi penumpang menempuh perjalanan jarak dekat dan jarak jauh. Baik umum maupun kalangan pelajar. "Rata-rata naik sekitar Rp 500," katanya.

Senada juga diungkapkan Agus, sopir lainnya. Upaya yang dilakukan para sopir tersebut tidak lain karena terpaksa mengimbangi harga BBM. Sebelumnya biaya operasional dalam sehari para sopir sekitar Rp 60 ribu. "Itu BBM masih seharga Rp 4.500 per liter. Tapi sekarang sekarang jadi Rp 6.000 per liter, kita harus mengeluarkan uang Rp 75 ribu-90 ribu per hari," terangya.

Meskipun tidak ada pengumuman secara resmi tentang kenaikan tarif, para sopir mengaku, adanya tarif baru selama dua hari terakhir ini, tidak menimbulkan gejolak di kalangan penumpang. "Kelihatannya mereka sudah menyadari. Kadang tidak diberitahu penumpang malah memberi tambahan sendiri," ungkapnya.

Sementara itu beberapa perwakilan paguyuban Lin A hingga Lin G mengungkapkan, kenaikan tarif tersebut merupakan kesepakatan dari semua sopir angkutan. Sebagai alasan, bila tarif baru karena imbas BBM harus menunggu keputusan pemerintah setempat dulu. Imbasnya ratusan angkot dan angdes akan berhenti beroperasi.

"Sengaja kita tidak menunggu keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif. Seperti pengalaman sebelumnya, banyak angkot dan angdes tidak beroperasi, hanya menunggu keputusan dari pemerintah," ungkap Mujiono, ketua Paguyuban Lin B.

Kendati demikian, tarif baru, lanjut Mujiono sebelumnya lebih dulu melalui kesepakatan masing-masing perwakilan angkot/angdes. Yakni sebagai upaya penjajakan sekaligus sosialisasi pada penumpang. "Termasuk untuk mengetahui bagaimana reaksi keputusan dari pemerintah setempat," akunya.

Senada juga disampaikan Riyadi, ketua Paguyuban Lin D. Berlakunya tarif baru tersebut ternyata tidak kunjung mengangkat pendapatan. Para sopir tetap mengalami kerugian, sebab jumlah penumpang juga mengalami penurunan sekitar 30 persen. Sopir angkot dan angdes hanya bisa menutupi biaya operasional dan setoran kepada pengelola. "Jelas kita akan mendesak pemerintah setempat agar segera mengeluarkan SK kenaikan tarif baru. Bila tidak, tentunya tarif baru bisa sampai Rp 3.000," ungkapnya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh para sopir bus mini jurusan Mojokerto-Pasuruan dan Mojokerto-Surabaya. Rata-rata kenaikan mencapai Rp 1.000 - Rp 1.500.

Secara terpisah, Ketua Organda Kota Mojokerto, Chusnun Amin saat dimintai konfirmasi membenarkan adanya langkah para sopir angkot menaikkan tarif. Menurutnya, para sopir itu sebelumnya datang kepadanya dan mengeluhkan bengkaknya biaya operasional pasca kenaikan harga BBM. "Namun, kami hanya menyarankan agar dilakukan pendekatan dengan masyarakat," katanya.

Hal itu, karena dia menyadari dengan kebutuhan operasional para sopir. Sedangkan, untuk menunggu keluarnya SK Wali Kota Mojokerto dipastikan butuh waktu. Sebab, sebelumnya terlebih dulu harus melewati pembahasan di Badan Pembina Transportasi Daerah (BPTD). "Sedangkan, selama itu para sopir harus menanggung dampak kenaikan harga BBM. Karena itu, kalau ada instansi yang melarang, jangan salahkan kalau mereka memilih tidak beroperasi," ungkapnya. (ris/abi/yr)

Sumber       :    Radar Mojokerto