Dengan didampingi oleh Kepala Dinas terkait Walikota mengatakan masalah PSN harus terus berjalan dan menjadi budaya hidup bersih bagi warganya. “Ingat hari Jum’at, ingat menguras, ingat memberantas nyamuk.”

Mengapa budaya? Kata Walikota, karena dengan budaya budaya bersih kota akan menjadi indah, dan indah bukan milik orang kaya tetapi milik siapapu kalau mau pasti bisa. “Tidak ada kata tidak bisa. Seperti di Jalan Benteng Pancasila dulu tidak bagus tetapi Walikota yakin bisa bagus. Dan apa yang sudah bagus hendaknya warga sekitar dan warga kota Mojokerto umumnya bisa menjaga, memelihara, memiliki dan menikmatinya.”

Bagi Walikota PSN lebih efektif daripada fogging karena fogging (penyemprotan) sifatnya hanya sesaat dan sementara. Disamping itu cairannya membahayakan bagi manusia, tetapi kalau PSN bisa menyadarkan warga tentang arti hidup bersih. Lebih lanjut Walikota berharap pada warga Gembongsari selalu menjaga kerukunan, “Kalau ada masalah diselesaikan secara kekeluargaan dan ikhlas menjalankan tugas. Kita baru saja memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional, mari kita bangkit menyongsong hari esok yang lebih baik.”

Sementara Setijo Prijanto, SH Lurah Balongsari, juga senada dengan apa yang diharapkan Walikota mengatakan bahwa pelaksanaan PSN di wilayahnya berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, tidak putus-putus. “Misalnya Jum’at pertama memeriksa jentik, jumat berikutnya tidak diperiksa, ini tidak boleh. Harus jalan terus. Dengan demikian, wilayah kelurahan Balongsari yang pernah ada jentik bisa teratasi. Kepada para kader PSN diharapkan tidak boleh bosan, harus rutin melaksanakan.”

Dalam acara tersebut Walikota selain melakukan dialog dengan para kader PSN, memeriksa jentik dari rumah ke rumah juga memberikan bantuan Rp. 500.000,- untuk pengecatan Balai RW IV Lingkungan Gembongsari Kelurahan Balongsari Kecamatan Magersari. (Yuk,Rr-Humas)