Kebutuhan Pokok Merangkak Naik
  • Post by Kota on 14 May 2008
blog-image


Imbas Rencana Kenaikan BBM
Rencana pemerintah menaikkan BBM (bahan bakar minyak) langsung berimbas pada harga jual kebutuhan pokok. Harga jual beras dan minyak goreng (migor) berangsur mengalami kenaikan. Akibatnya, banyak pedagang di pasar tradisional mengeluh, lantaran omzet penjualan mereka menurun drastis.

Pantauan Radar Mojokerto di pasar tradisional Tanjung Anyar Mojokerto, harga beras jenis IR 64 saat ini dijual Rp 4.600 per kilogram dari harga semula Rp 4.200 per kilogram. Sedangkan untuk jenis IR 64 super rata-rata naik menjadi Rp 5.200 per kilogram dari harga semula Rp 5.000 per kilogram.

Haji Zainuri pedagang beras mengaku, kenaikan tersebut sudah terasa sejak pemerintah merencanakan menaikkan BBM hingga 30 persen. "Meski secara resmi BBM belum naik, namun sejumlah tengkulak sudah menaikkan harga sejak sepekan yang lalu," akunya. Belakangan beras yang dijual didatangkan dari wilayah Gresik dan Jetis Mojokerto.

Disamping IR, beras jenis Bramu yang selama ini dijual lebih mahal, juga ikut naik. Dari harga Rp 5.200 per kilogram menjadi Rp 5.400 per kilogram. Tidak heran bila banyak konsumen memilih menggunakan beras jenis IR 64 super dan biasa, karena disesuaikan dengan biaya belanja.

Sejak kenaikan itu, kata Zainuri omzet penjualan beras miliknya berimbas pada pendapatan. Sebab, minat konsumen untuk membeli beras langsung turun drasts. Itu terlihat dari angka volume penjualan beras yang turun hingga 40 persen. "Sebelumnya saya bisa menjual beras 5 kuintal per hari, sekarang hanya 3 kuintal," terangnya.

Hal yang sama juga dilontarkan Eni Farida, selain beras harga minyak goreng juga merangkak naik. Saat ini migor jenis curah sudah mencapai Rp 10.500 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 10.000 per kilogram. Menurutnya kenaikan tersebut terjadi karena ongkos pengiriman dan biaya transportasi di tingkat distributor membengkak. "Jadi tidak ada jalan lain selain menaikkan harga," terangnya.

Secara otomatis penjualan migor di tingkat pedagang langsung mengalami penurunan. Biasanya, lanjut Eni, dalam satu hari bisa menghabiskan sebanyak 2.700 kilogram migor. Namun, karena dampak BBM, belakangan penjualannya mengalami penurunan.

"Dalam sehari untuk jenis curah kami bisa menghabiskan 2.700 kilogram. Tapi sekarang hanya habis 1.500 kilogram," terangnya. Guna mengatasi kerugian yang semakin besar, para pedagang terpaksa berjaga-jaga dengan cara menyetok barang dagangan lebih dulu. Dengan kenaikan tersebut para pedagang berharap, agar pemerintah segera membatalkan rencana untuk menaikkan BBM. Namun bila kebijakan tersebut tetap dilaksanakan, maka bukan tidak mungkin akan berdampak bagi pedagangn dan masyarakat kecil.

"Harapan kami pemerintah segera membatalkan rencana menaikkan BBM. Menurunya daya beli masyarakat saat ini, menandakan mereka tak mampu lagi memenuhi kebutuhan," ujar Haji Imron pedagang sembako. (ris/yr)

Sumber       :       Radar Mojokerto