blog-image


Sejumlah anggota DPRD Kota Mojokerto meragukan tawaran investor yang berencana mengelola obyek wisata air hangat Tirta Suam. Meski obyek tersebut telah dua tahun mangkrak namun dewan berharap Pemkot Mojokerto berhati-hati dan menghitung secara rinci tawaran dari investor.

"Jangan asal menerima investor, karena ini merupakan aset pemkot yang bisa mendatangkan pendapatan daerah," ucap Ketua Komisi II (Ekonomi dan Pembangunan), Suhartono. Agar kasus sebelumnya tidak kembali terulang, dimana investor mengambil keuntungan sepihak sehingga merugikan Pemkot Mojokerto. Sampai akhirnya kontrak diputus pada tahun 2006.

"Kita masih trauma. Jangan sampai kita terantuk batu untuk kedua kali di tempat yang sama," ungkapnya.

Senada juga disampaikan anggota Komisi I (Hukum dan Pemerintahan) Paulus Swasono Kukuh. Menurutnya, Tirta Suam memang sangat membutuhkan investasi. Tapi tetap harus diperhitungkan untung ruginya. Apalagi, jangka waktunya cukup panjang. "Jangan sampai mangkrak lagi," tegasnya.

Karena itu ia berharap semua pihak melakukan kajian secara matang. Termasuk pihak investor sendiri. Utamanya terkait analisis kondisi lingkungan Tirta Suam. Lantaran lokasi Tirta Suam berada sangat dekat dengan pabrik pakan ternak. "Hotel saja mengeluh, apalagi ini kuliner," jelasnya.

Ia mengaku tidak ingin kondisi tersebut nantinya menjadi aral di tengah jalan. Sehingga investor dengan mudah menjadikannya alasan untuk lari. "Pemkot harus hati-hati atas hal ini," harapnya.

Wali Kota Mojokerto Abdul Gani Soehartono sendiri mengaku belum mempertimbangkan tawaran pihak investor. Karena ia masih berpatokan pada rencana semula untuk menyulap Tirta Suam menjadi balai diklat.

Jika memang ada investor yang ingin menggarap obyek pemandian, ia cenderung mengarahkannya pada Tirta Asri. Yakni aset pemkot berupa lahan seluas 500 meter persegi di Kelurahan Kedungsari yang memang disiapkan untuk obyek wisata pemandian. Untuk merealisasi pembangunan Tirta Asri dalam APBD tahun ini dianggarkan senilai Rp 2,5 miliar. "Jika memang serius, kami arahkan menggarap Tirta Asri," kata Gani.

Pada Kamis (8/5) kemarin LEP Productions yang berkedudukan di Jombang mempresentasikan proposal pengelolaan Tirta Suam pada Bagian Perekonomian Setdakot Mojokerto untuk jangka waktu 25 tahun. "Kerjasama itu tanpa disertai beban biaya yang harus dikeluarkan pemkot," kata, Kabag Perekonomian, Arifahjudin.

Pada kesempatan itu LEP mengaku siap memoles Tirta Suam dengan aneka produk wisata. Meski telah dijelaskan kondisi riil Tirta Suam saat ini yang mangkrak. Bahkan pihak LEP mengaku siap memberikan kontribusi yang menggiurkan bagi pemkot.

Di tahun pertama, kontribusi yang diberikan ke Pemkot sebesar Rp 15 juta. Angka itu akan terus menanjak. Hingga tahun 2032 menjadi sebesar Rp 1, 5 miliar.

Selain kontribusi tetap, Pemkot disanggupi bakal dapat memasok PAD. Baik dari sisi iklan, pajak penginapan di area wisata dan retribusi karcis masuk.

Namun demikian, Arifahjudin mengaku belum dapat memberi ketegasan sikap. "Kita masih perlu mempertimbangkan banyak hal," terangnya.

Apalagi, sesuai rencana awal Tirta Suam akan dijadikan gedung diklat. Bahkan dalam anggaran tahun 2007 pemkot telah mengalokasikan anggaran senilai Rp Rp 324 juta untuk pembangunan gedung diklat di Tirta Suam. Meski di lokasi tersebut sebenarnya telah ada dua bangunan untuk pemondokan.

Sebelumnya, pada 2001 Pemkot telah menjalin kerjasama dengan CV Sari Alam Jombang untuk mengelola Tirta Suam. Mulai dari pembangunan taman wisata Tirta Suam. Dana yang direncanakan sebesar Rp 1,77 miliar. Dari jumlah itu Pemkot andil dana sebesar Rp 750 juta. Selebihnya dipanggul CV Sari Alam.

Sayangnya, pengelolaan salah satu ikon wisata Kota Mojokerto ini mangkrak ditengah jalan. Dan investor kemudian menyerahkan kembali ke pemkot, tahun 2006 silam. (jif/yr)

Sumber        :      Radar Mojokerto