Kb Steril Pria Kurang Diminati
  • Post by Kota on 06 March 2008
blog-image

Meskipun tingkat kesadaran masyarakat untuk ber-keluarga berencana (KB) semakin tinggi, namun tingkat kesadaran ber-KB di kalangan pria masih sangat rendah. Padahal, pemkot sudah memberikan insentif kepada aseptor laki-laki dengan imbalan uang.

"Di Kota Mojokerto hanya ada 48 aseptor KB jenis MOP atau 0,24 persen dari sasaran yang ada," kata Kepala Dinas KBKS Edy Suyanto, kemarin di sela-sela acara Bina Keluarga Balita (BKB) di Perumahan Griya Permata Meri.

Sementara jumlah pasanga usia subur (PUS) yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 19.913. Dari jumlah ini yang ikut program KB sebanyak 15.634 aseptor. "Sebenarnya sudah cukup tinggi kesadaran ber-KB masyarakat yang ada, atau sekitar 78 persen," kata mantan kepala Bagian umum dan perlengkapan kota ini.

Hanya, akunya, untuk jenis KB steril pria jumlahnya masih sangat minim. Itu pun pihaknya bersama penyuluh KB (PKB) yang ada terus memotivasi para PUS untuk melakukan KB. "Pernah ada keluarga di Liposos yang anaknya 10, PKB-nya sudah angkat tangan. Kita motivasi secara persuasif, akhirnya mereka mau MOP," kata Edy.

Pihaknya pun langsung merogoh kocek Rp 150 ribu untuk aseptor tersebut, karena pada awal tahun seperti ini anggaran dari APBD belum turun. "Ya, kita torok dululah, karena kesadaran masyarakat juga mahal nilainya," katanya.

Yang paling banyak diminati, kata Edy adalah jenis KB suntik yang angkanya mencapai 8.250 aseptor. Menyusul kemudian intra uterin device (IUD). Jumlah aseptornya mencapai 2.559 aseptor dan MOW atau steril perempuan dengan jumlah aseptor sebanyak 1.732 orang.

Saat ditanya program apa saja yang kini dilakukan KBKS setelah tingkat kesadaran masyarakat ber-KB cukup tinggi? Edy menjelaskan, justru saat ini adalah masa penting yang dialami KBKS. "Setelah KB berhasil maka tugas kita menjaga peserta KB agar tidak lepas dan membentuk keluarga yang bahagia dan anak yang berkualitas," ujarnya.

Salah tugas yang kini diamban dinas yang dipimpinnya adalah program BKB. Yakni, pendidikan bagi para keluarga balita. "Sasaran kita agar para orang tua mengetahui bagaimana mendidik anak balita yang seharusnya," kata Edy yang mengenakan kemeja lengan panjang kotak-kotak hijau.

Berbeda dengan posyandu yang lebih mementingkan aspek kesehatan balita, maka BKB lebih berorientasi kepada tumbuh kembang anak. "Kita berharap para orang tua bisa mengetahui tujuh aspek perkembangan anak," kata Edy lagi.

Sayangnya, aku Edy, sejauh ini perhatian masyarakat lebih banyak terpacu untuk kesehatan fisik saja. Sedangkan kesehatan mental melalui tumbuh kembang kurang mendapatkan perhatian. Salah satunya dari minimnya penghargaan yang diberikan kepada kader BKB yang ada. "Kita memiliki sekitar 500 kader BKB, mereka bekerja tanpa honor," kata Edy. (in/yr)

Sumber : Radar Mojokerto