blog-image

Semenjak Departemen Kesehatan tidak lagi menggunakan PT Askes untuk menangani pasien keluarga miskin, maka pemkot/pemkab harus menyediakan anggaran tambahan. Alasannya, sesuai sharing yang dilakukan, pemkab/pemkot harus menyediakan anggaran sebesar 20 persen dari kebutuhan.

"Jadi persentasenya, untuk Depkes RI sebesar 60 persen, untuk Pemprov 20 persen dan pemkab/pemkot juga 20 persen," jelas dr Ambar Sutrisno mendamping Wali Kota Abdul Gani Soehartono di sela-sela pelaksanaan operasi terhadap pasien atresia ani Adelia, warga Cakarayam Mentikan di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo.

Sementara itu, menurut Kepala Bapelkes RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo, tunggakan klaim PT Askes pada tahun 2007 yang mencapai Rp 1,5 miliar, masih belum terbayarkan hingga sekarang. Namun, sepenuhnya hal tersebut menjadi tanggungan PT Askes. "Yang tahun 2007 menjadi tanggungan PT Askes. Untuk tahun 2008 ini, pemkot menyiapkan dana sembari menunggu dana dari pemerintah pusat," jelas dr Suprijono.

Menanggapi hal ini, Wali Kota Mojokerto menyatakan, Pemkot Mojokerto telah menyiapkan dana Rp 750 juta untuk gakin tersebut. Bahkan, pihaknya akan menambahkan apabila dalam perkembangannya ada kenaikan kebutuhan anggaran. "jika memang aturannya seperti itu, kita pasti akan mengalokasikan untuk kesehatan gakin. Kita siapkan Rp 750 juta," ungkapnya.

Namun, ujar Gani, apabila dalam perkembangan selanjutnya anggarannya membengkak, maka pihaknya tidak segan-segan untuk menambah anggaran gakin ini melalui perubahan anggaran APBD 2008. "Kalau kurang ya bisa kita usulkan dalam PAK," jelas dia.

Sementara itu, pasien Atresia Ani, yakni Adelia, asal Cakarayam sebagaimana yang pernah diberitakan koran ini sebelumnya, kemarin dioperasi untuk kali kedua. Sebelumnya, posisi anus buatan masih di bagian perut. Untuk saat ini akan dibuatkan anus lagi pada posisi yang seharusnya. Untuk kepentingan tersebut, kemarin RSUD mendatangkan dr Adrasta SpB.An yang akan melakukan operasi bersama dr Widhi P SpBU dengan dokter anestesi dr M. Arifin SpA. Operasinya secara medis disebut Posterior sagital Anorectoplasthy (PSA).

"Untuk selanjutnya, RSUD sini (RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo) akan melangsungkan sendiri operasi pasien Atresia Ani ini. Karena peralatan yang ada sudah memungkinkan," jelas dr Widhi.

Operasi terhadap kasus atresia ani, kata dr Widhi, tidak bisa dilangsungkan dalam sekali tahap. Minimal tiga tahap. Yakni, operasi pembuatan anus pada saat si anak baru lahir, operasi pembuatan anus pada lokasi yang sebenarnya, dan ketiga penutupan anus buatan pada operasi pertama. "Untuk pasien Adelia ini operasi tahap kedua," paparnya.

Lantas, bagaimana keberhasilan operasi ini? dr Widhi menjelaskan, sejauh ini pasien dapat normal kembali, karena tingkat kesembuhan pasien juga tinggi. "Sebenarnya, yang lebih penting adalah fungsinya. Operasi ini selain dilihat dari sisi estetik, juga mengembalikan fungsi anus yang normal. Ya bisa menahan kentut," jelas dr Widhi. (in/nk)

Sumber       :      Radar Mojokerto