Temukan Pasien Retadasi Mental
  • Post by kota on 18 February 2008
blog-image


Pelayanan kesehatan jemput bola gratis yang diluncurkan Pemkot Mojokerto nampaknya berjalan cukup efektif. Terutama untuk pendataan dini potensi penyakit yang berkembang di tengah masyarakat. Khususnya bagi warga yang enggan periksa ke puskesmas atau RS dengan alasan tiada biaya.

Hal ini terlihat pada putaran kedua yang kemarin, Sabtu (16/2) digelar di Lingkungan Balong Cangkring II Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon dan Lingkungan Wates Kelurahan Wates Kecamatan Magersari.

Khusus di Balong Cangkring II petugas menemukan sejumlah pasien yang harus mendapat penanganan secara serius. Karena masih berusia anak-anak. Diantaranya lima pasien penderita katarak yang butuh segera dioperasi. "Kasihan, kalau tidak segera dioperasi mereka bisa terancam kebutaan. Karena beberapa tadi saya lihat penglihatannya sudah semakin berkurang," kata dr Magdalena, kepala Puskesmas Mentikan yang kemarin turun ke lokasi.

Selain itu, juga ditemukan satu anak penderita kelainan jantung bawaan. Menurutnya, pasien tersebut juga harus ditangani secepatnya. "Ini juga harus dioperasi," ungkapnya. Karena itu dirinya akan melakukan rujukan ke RSUD. "Kita perlu rujuk ke RSUD untuk penganganannya, soal nanti perawatannya bisa diserahkan pada kita di puskesmas," bebernya.

Penemuan pasien tersebut menurutnya suatu hal yang sangat positif. Karena bisa membantu pihaknya untuk menekan perkembangannya lebih jauh. "Sejak awal kita berkomitmen program ini bukan hanya untuk periksa atau pengobatan. Tapi juga sekaligus pendataan guna perawatan lanjutan," bebernya.

Selain itu, petugas kemarin juga mengidentifikasi seorang anak berusia delapan tahun yang mengidap kelainan bawaan retadasi mental (RM), Siti Sa’diah.

Putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Ahmad Sabarudin, 50, dan Sima, 46, tersebut hingga kini belum dapat banyak beraktivitas. Dia tidak dapat duduk ataupun berdiri. Selain itu, dia juga sering kejang-kejang. "Biasanya hanya berbaring atau di-gledekan," ucap Sabarudin.

Dia mengungkapkan bahwa kelainan tersebut hanya diderita putri pertamanya. Karena dua adiknya yang lahir pada tahun 2002 dan 2006 normal layaknya anak biasa.

Sabarudin sendiri mengaku pasrah dengan derita yang dialami anaknya. "Saya hanya tukang becak. Ibunya juga hanya jual jajan keliling, kami tidak punya biaya untuk berobat," ungkapnya.

Karenanya selama ini dirinya tidak berani membawa Sa’dia periksa ke RS. Hanya selama beberapa kali pernah dibawa ke Puskesmas. "Dulu sering periksa ke puskesmas, tapi tetap seperti ini," ucapnya.

Magdalena mengungkapkan kelainan Sa’dia berasal dari bawaan lahir. Karena itu sulit disembuhkan. "Tapi kita tetap bisa memberinya kenyamanan hidup," bebernya.

Diantaranya dengan memberi perawatan intesif untuk mengurangi kejang-kejang yang sering dialami. "Tetap harus ada perawatan agar kejangnya tidak sering kambuh, karena itu tadi saya minta sering ke puskesmas," terangnya.

Wali Kota Abdul Gani Soehartono yang sempat menemuinya langsung juga merasa simpatik. Sehingga memerintahkan agar ada penanganan langsung. "Saya pribadi akan bantu kursi roda, pihak puskesmas dan RSUD saya harap juga memberi penanganan maksimal padanya," tegasnya.

Kursi roda itu sendiri menurut Magdalena bisa membantu Sa’dia. "Kalau anaknya semakin besar kursi roda kemungkinan memang bisa membantunya untuk jalan," jelasnya.

Jumlah pasien di Balong Cangkring II sendiri kemarin cukup membeludak. Total pasien mencapai lebih dari 200 jiwa. Berbeda dengan lokasi di lingkungan Wates yang ditempatkan di rumah M. Naif, ketua RW II Kelurahan Wates yang juga Ketua Ranting NU setempat yang hanya diikuti 70-an pasien. (jif/yr)

Sumber      :     Radar Mojokerto