Plengsengan Kali Cemporat Ambrol
  • Post by kota on 06 February 2008
blog-image

Warga Waswas Terancam Banjir
Warga di lingkungan Kelurahan Kranggan Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto masih dibayang-bayangi ancaman banjir. Hal itu menyusul ambrolnya plengsengan Kali Cemporat yang tepat berada di atas pintu air sejak tiga hari lalu. Akibatnya, pintu air tidak berfungsi dan menyebabkan pembuangan air dari pemukiman macet.

Kondisi tersebut dinilai sejumlah anggota dewan sangat rawan. Pasalnya, sewaktu-waktu hujan turun deras air tidak bisa mengalir ke sungai lantaran tertahan. Sehingga sangat berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Apalagi beberapa hari terakhir hujan deras memang kerap mengguyur Kota Mojokerto. Karena memang sedang saat ini mulai musim penghujan.

Tak pelak hal tersebut membuat sejumlah warga yang tinggal di lingkungan setempat resah. Khawatir bila setiap saat terjadi musibah banjir yang tidak pernah diinginkan.

Kusnan, warga setempat mengungkapkan bahwa plengsengan tersebut sebenarnya sudah lama retak. "Tapi kalau ambrolnya baru tiga hari ini setelah hujan deras terus mengguyur," terangnya.

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Kelurahan Kranggan, Baktiono. Dirinya mengaku baru mengetahui ada plengsengan ambrol dari laporan warga. "Kalau retak memang kita tahun sudah lama, tapi ambrolnya baru beberapa hari ini warga melaporkan," jelasnya.

Kemarin rombongan Komisi II (Pembangunan) DPRD Kota Mojokerto meninjau lokasi. Tiga anggota dewan masing-masing Suhartono, ketua Komisi II (Pembangunan) dan dua anggota Komisi II M Qodri dan Gatot Supriyadi melihat langsung apa yang dikeluhkan warga setempat.

Suhartono berharap agar plengsengan segera diperbaiki. Agar warga setempat tidak terus menerus dirundung kepanikan lantaran khawatir dari ancaman banjir. "Pembangunan plengsengan ini dulu menggunakan APBD, karena itu secepatnya kita minta kerusakan ini segera diperbaiki demi kenyamanan warga," tegasnya.

Hal senada disampaikan Gatot Supriyadi. Menurutnya, salah satu pemicu ambrolnya plengsengan tersebut adalah lantaran rendahnya mutu dan kualitas bangunan. Utamanya mutu pembangunan pintu air. "Ini hanya pasir dan gamping, tidak ada semennya," ujarnya mengkritik material bangunan dari bongkahan-bongkahan yang ada.

Hal senada juga disampaikan M Qodri. Dia menilai terjadi kesalahan dalam pembangunan pintu air. Pasalnya, terowongan air dibuat lurus tanpa sudut kemiringan sesuai arus aliran air. "Seharusnya terowongan dibuat agak miring beberapa derajat mengikuti arus sungai agar air yang dibuang bisa langsung mengalir. Karena bila dibuat lurus seperti ini air akan tertahan sehingga meluap dan memberi tekanan besar pada bangunan," urainya.

Alhasil, saat terjadi hujan lebat tekanan menjadi semakin besar hingga bisa merusak bangunan plengsengan dan pintu air yang tidak dibuat dari bahan yang memadai.

Yudha Prasetyo, Staf Pengairan Dinas PU yang kemarin turut meninjau lokasi mengatakan bahwa pembangunan plengsengan tersebut dilakukan pada tahun 2005. Tetapi untuk peninggian plengsengan serta pembuatan pintu airnya baru dilakukan tahun 2006. "Hanya kalau besaran anggaran dan rekanan mana yang menggarapnya saya tidak tahu," paparnya. (jif/yr)

Sumber      :     Radar Mojokerto