Pelajar Apresiasi Guyub Bareng
  • Post by Kota on 02 January 2008
blog-image

 

MOJOKERTO - Pameran Lukisan Guyub Bareng yang digelar Dewan Kesenian Kota Mojokerto (DKM) mendapatkan apresisasi penuh para pelajar. Terbukti, baru dibuka kemarin tercatat ada 300 pelajar yang datang di sekretariat DKM, tempat berlangsungnya acara.

Ketua Biro Seni Rupa DKM, Shokif Husein kepada Radar Mojokerto mengatakan pihaknya optimistis ke depan tahun 2008 ini, kegiatan seni budaya akan semakin mendapatkan minat. Hanya saja, sejauh ini belum ada transaksi dari para pengunjung terhadap skeitar 90 lukisan yang dipamerkan. "Ya, mungkin baru sehari," ujarnya tentang kegiatan yang dibuka kemarin pagi.

Rencananya, pameran ini akan berlangsung selama lima hari sampai dengan 4 Januari mendatang. "Tapi, kalau memungkinkan kita perpanjang ya akan kita perpanjang lagi. Toh tempatnya juga tidak menyewa," katanya.

Dalam menyiapkan kegiatan ini, tampaknya Biro Seni Rupa DKM tidak main-main. Terbukti, gedung DKM di komplek GOR Majapahit disulap sedemikian rupa. Nyaris menyerupai galeri-galeri seni yang ada. Dinding-dindingnya didekorasi dengan anyaman bamboo. Demikian pula teras depan dan samping barat dihiasi atap ijuk sehingga menampilkan kesan alami. Di antara ruang-ruang dan teras inilah, puluhan karya seni rupa ditampilkan.

Beberapa nama yang sudah cukup dikenal ikut serta dalam kegiatan ini. Misalnya, Samijan, Mas Ronny, Nurbudi Hariyono, Oki Sunaryo, Muntolib, Mas Lis, YS Qomar Karya, Priyok Dekaem dan lainnya.

Karya para seniman ini sebagian besar menganut aliran naturalis. Hanya beberapa karya yang mengusung tema surealis, seperti lukisan Panca Indera karya Samijan, Sesembahan Gairah karya Oky Sunarya yang dilukis di atas kanvas ukuran 90 x 66 cm. Mas Ronny yang juga guru SMAN 2 tampaknya menyumbang banyak karya dengan tema kota-kota lama. YS Qomar mengusung lukisannya tentang cerita legenda Joko Tarub dan beberapa lukisan lainnya.

Diakui oleh Shokif, sejauh ini para pelukis lebih banyak membuat karya naturalis. Ini karena karya naturalis lebih mudah dicerna dan mungkin dinikmati masyarakat awam. "Yang naturalis saja, kadang pameran lukisan kurang diminati, apalagi kalau kita menampilkan karya yang surealis dan abstrak," katanya. (in)

Sumber        :        Radar Mojokerto