Langka, Harga Beras Melambung
  • Post by Kota on 17 December 2007
blog-image


Diprediksi hingga Awal Tahun
Kelangkaan stok beras sejak sepekan terakhir, membuat harga kebutuhan pokok ini melambung naik. Kenaikan harga beras rata-rata mencapai Rp 600 per kilogram. Diprediksi, kenaikan ini akan bertahan lama hingga Februari 2008.

Umi, seorang pedagang beras di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto mengatakan, harga beras jenis IR 64 harganya mencapai Rp 4.600 per kilogramnya. Harga tersebut naik dibandingkan sepekan sebelumnya yang masih Rp 4.000 per kilogram. Demikian juga dengan beras jenis Bramu mengalami kenaikan harga dari Rp 4.800 per kilogram menjadi Rp 5.200 per kilogram.

Selain harganya merangkak naik, persediaan beras, utamanya jenis IR-64 sepekan terakhir berkurang tajam. Mahmudah menduga, berkurangnya pasokan karena saat ini belum musim panen. Beras jenis IR-64 memang paling diminati pembeli. "Namun barangnya langka. Ini karena musim panen belum tiba," katanya.

Beberapa pedagang beras di pasar tradisional terbesar di Kota Mojokerto mengungkap hal yang sama. Mereka memperkirakan, hingga Februari 2008.

Fluktuasi harga beras akan terjadi tanpa bisa diprediksi. "Atau paling lama tiga bulan ke depan," kata Hartono, pedagang beras lainnya.

Kenaikan harga beras ini menyebabkan omzet penjualan beras di tingkat agen juga ikut naik. Sejumlah pedagang menyatakan banyak toko yang membeli beras dalam jumlah besar, hingga dua kuintal. Pembelian tersebut diduga sebagai antisipasi terus naiknya harga beras, apalagi menjelang perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2008.

Bulog Gelontor 1.300 Ton

Sementara itu, untuk menutupi kebutuhan beras masyarakat miskin (Maskin), Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan menggelontor beras cadangan yang dimiliki. Mereka telah menyiapkan sebanyak 1.300 ton. Sesuai wilayah kerjanya, beras tersebut akan didistribusikan ke Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto dan Jombang.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan Awaluddin Iqbal, mengatakan beras tersebut akan didistribusikan mulai minggu depan. "Penerimaan raskin kan hanya sampai sebelas bulan. Sehingga, bulan Desember sudah tidak ada," katanya. Karena itu, agar kebutuhan beras masyarakat miskin tetap terpenuhi, dilakukan operasi khusus targeting ini.

Namun, dikatakannya, terhadap beras yang bakal digelontor tersebut, harga per kilogramnya tidak sama dengan raskin. Jika sebelumnya maskin hanya mengganti uang Rp 1.000 per kilogram, beras dari operasi khusus ini sebesar Rp 1.600 per kilogram.

"Kalau raskin memang sudah ada subsidinya sendiri. Sedangkan, operasi ini berasnya diambilkan dari cadangan beras pemerintah. Sehingga, tidak sama," katanya.

Selain harga, pola operasi yang dilakukan juga tidak sama dengan operasi lain, misalnya operasi pasar murni (OPM) atau operasi stabilisasi harga beras (OSHB). Operasi itu, menurutnya, tidak mengambil sasaran pasar. Namun, karena targetnya ditentukan yaitu maskin, maka langsung ke desa maupun kelurahan. "Mereka yang berhak mendapatkan beras ini adalah mereka yang sebelumnya memperoleh manfaat raskin. Kan sudah ada datanya," ujarnya.

Masing-masing rumah tangga miskin (RTM) dijatah sebanyak 10 kilogram. Jumlah itu sama dengan yang diterimanya selama menerima raskin. Sehingga, meskipun tidak memperoleh raskin, masyarakat miskin diharapkan tidak khawatir.

"Kami sendiri sudah siap. Namun, sebelumnya kami secepatnya akan membicarakan dengan pemerintah setempat. Meliputi, Kabupaten/Kota Mojokerto dan Jombang," katanya. Selain untuk maskin, operasi ini juga bertujuan mengendalikan harga yang kerap terjadi akhir tahun.

Sementara itu, Iqbal juga menyinggung perbedaan operasi targeting dengan OPM maupun OSHB. Menurutnya, OSHB baru dilakukan setelah ada lonjakan harga dari harga normal hingga sepuluh persen atau melampui. Karena bertujuan menstabilkan harga, maka sasarannya adalah pasar. Sedangkan, OPM malah dilakukan kalau kondisi harga sudah tidak terkendali. Kenaikannya jauh lebih tinggi lagi. "Namun, kalau OPM ini baru dilakukan setelah ada instruksi dari Departemen Perdagangan," ujarnya.

Kalaupun harus dilakukan kedua operasi tersebut, pihaknya mengaku siap. Melihat stok Bulog yang mencapai 35 ribu ton, sudah sangat melimpah. "Stok sebanyak itu, kalau untuk kebutuhan rutin saja, bisa sampai dua tahun lebih," katanya. (abi/yr)

Sumber          :        Radar Mojokerto