70 Persen Pasien Maskin Luar Kota
  • Post by kota on 02 November 2007
blog-image


Pasien masyarakat miskin (Maskin) yang dirawat di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto hampir 70 persen barasal dari luar kota. Sisanya yang 30 persen adalah pasien Maskin asal kota.

"Kondisinya memang begitu," ujar dr Suprijono Wirjosoemarto, kepala Bapelkes RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo. Karena itu, ujarnya, tidak jarang ruang sal kelas III yang diperuntukkan bagi pasien Maskin ini penuh sesak. Apalagi tempat tidur (bed) yang disediakan untuk pasien Maskin tersebut hanya berjumlah 83 bed. "Ini sangat kurang. Tapi, untuk memperbanyak bed lagi, kapasitas ruangannya jelas tidak memungkinkan lagi," kata dr Suprijono.

Solusi yang dilakukan selama ini, meskipun pasien Maskin, apabila ruang di kelas III sudah tidak mencukupi, maka mereka akan mendapatkan perawatan di ruang kelas II. Tentu dengan biaya ruang kelas III, karena mereka menggunakan kartu Askeskin.

Sedangkan untuk membatasi pasien asal luar kota yang berobat di rumah sakit milik pemerintah ini, jelas tidak mungkin dilakukan. Apalagi letak rumah sakit ini memang tidak jauh dari wilayah lain. Seperti Kabupaten Mojokerto, Sidoarjo, bahkan Kabupaten Gresik. "Ada juga lho pasien yang datang dari Kabupaten Gresik," ungkap dia.

Sementara itu, untuk pasien Maskin yang berobat di RSUD, ujar dr Suprijono, sejauh ini sudah mulai selektif. Yakni, tidak ada lagi pasien Maskin yang menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan kepala desa atau lurah dan kecamatan. Alasannya, akibat adanya SKTM yang disalahgunakan inilah, tunggakan Askeskin di luar prediksi PT Askes dan Departemen Kesehatan RI.

"Dulu kan banyak sekali pasien yang datang dengan membawa SKTM ini. Kita di rumah sakit ya tidak bisa berbuat apa-apa, dan kita masukkan ke dalam pasien Maskin. Tapi, ternyata banyak di antara mereka yang ternyata bukan Maskin. "Buktinya, ketika kita taruh di kamar kelas III, mereka menolak dan meminta kelas I. Bahkan, ada yang meminta VIP. Ya jelas kita tidak melayaninya," ungkap dr Pri, demikian dia kerap disapa. (in)

Sumber         :        Radar Mojokerto