Siswa Sman 3 Kota Demo Guru
  • Post by kota on 04 September 2007
blog-image


Tuntut Transparansi dan Hapus Diskriminasi
MOJOKERTO - Siswa mendemo gurunya kembali menerpa dunia pendidikan di Kota Mojokerto. Ratusan siswa SMAN 3 Kota Mojokerto kemarin pagi melakukan protes kepada pihak sekolah. Upacara bendera yang sedianya diselenggarakan pukul 07.00, berubah menjadi ajang orasi para siswa. Mereka menuntut adanya transparansi dan menghapus diskriminasi. Di antaranya masalah transparansi keuangan sekolah yang ternyata tidak sesuai dengan yang mereka terima.

Salah satu tuntutan yang keras dilontarkan siswa adalah, meminta pihak sekolah merealisasikan pengaktifan pendingin ruangan (AC) di tiap kelas yang sejak dulu telah dijanjikan. Alasannya, sejak setahun lalu mereka telah membayar sumbangan pengadaan AC sebesar Rp 100 ribu setiap siswa.

Aksi kemarin sepertinya sudah dipersiapkan para siswa dengan sangat matang. Pukul 07.00 kemarin seyogianya bakal dilakukan upacara bendera. Perlengkapan termasuk mikrofon dan sound system juga sudah ditata rapi di tengah lapangan.

Sejak pagi para siswa sudah mulai bergerombol di lapangan. Sekejap kemudian para siswa mulai merengsek ke tengah lapangan. Tetapi, tidak berdiri tegak membentuk barisan. Melainkan justru duduk-duduk di tengah lapangan. Tak lama berselang beberapa perwakilan siswa mulai maju mengambil mikrofon yang ada di tengah lapangan.

Mereka lantas menggelar mimbar bebas. Bergantian menyampaikan uneg-uneg yang mereka rasakan di sekolah. Melihat hal itu, pihak sekolah tidak tinggal diam. Secara bergantian perwakilan sekolah juga bicara dengan mikrofon menanggapi keluhan dan kritikan yang disampaikan para siswa. Di antaranya Kepala Sekolah Siti Ngaisah, Wakasek Sarana Prasarana Wahyono dan Wakasek Kurikulum Bambang Kiryanto.

Dalam orasinya itu para siswa mengeluhkan beberapa hal. Pertama, AC yang telah terpasang belum semuanya diaktifkan. "Di kelas XII IPA sudah aktif, tetapi di kelas XII IPS belum. Ini diskriminasi. Harus dihentikan!" teriak salah seorang siswa yang disambut tepuk tangan kawan-kawannya.

Kedua, para siswa mempertanyakan berita adanya jatah makan siang saat pelaksanaan full day school pada hari Senin, Selasa dan Rabu. "Di media massa dikatakan bahwa SPP kita naik menjadi Rp 110 ribu dari sebelumnya Rp 85 ribu, karena ada jatah makan siang. Mana itu? Kita tidak pernah terima!" teriak siswa lainya sembari menenteng fotokopi guntingan berita dari salah satu media massa.

Ketiga, para siswa menuntut adanya transparansi dari pembiayaan yang dibebankan. "Tiap bulan ada bantuan SPP dari pemerintah Rp 40 ribu per siswa. Bantuan uang gedung Rp 250 ribu per siswa. Ke mana semua itu? Kita tidak pernah merasakannya!" teriak seorang siswa di depan mikrofon dengan penuh semangat.

Dari ketiga tuntutan tersebut, hanya dua tuntutan pertama yang ditanggapi pihak sekolah. "AC sementara belum bisa aktif semua, karena keterbatasan tegangan listrik yang ada. Karena itu, kita sedang mencari sambungan dari gardu listrik terdekat. Secepatnya kemungkinan semua sudah bisa diaktifkan," kata Wahyono.

"Untuk jatah makan siang yang diberitakan koran, itu tidak benar. Wartawannya saja yang mengada-ada," kata Siti Ngaisah.

Demo baru berakhir sekitar pukul 09.00. Saat pihak sekolah berjanji akan mengajak perwakilan siswa bicara baik-baik untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada. (jif/in)

 

sumber : radar mojokerto