blog-image


Geliat warga memperindah lingkungan dengan pembangunan gapura kembali marak. Salah satunya tampak pada gapura berkonsep pewayangan yang dibangun di lingkungan Sinoman Gg VI Kelurahan Miji Kota Mojokerto ini.

MOCH CHARIRIS - Mojokerto
---

Ketika melintas di Jl Brawijaya di Kelurahan Miji Kecamatan Prajurirkulon Kota Mojokerto, pandangan kita bakal tidak terlepas dari berbagai macam bentuk model gapura. Dari model kapal Dewa Ruci, karapan sapi Madura, onde-onde khas Mojokerto, kepala kereta api hingga bentuk pewayangan seperti yang tampak di gapura masuk Sinoman Gg VI.

Gapura itu menggambarkan tokoh pewayangan Punokawan Catur. Lakonnya terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Ide dan konsepnya di dapat dari warga sendiri. Dalam bentuk gapura yang dinamakan Gapura Prasasti Sinoman itu terdapat tulisan beraksara jawa yang berati sinoman. "Gapura itu adalah hasil jerih payah warga disini," kata Bambang, 53, Rabu (15/8) kemarin.

Dialah pemilik ide dan konsep gapura pewayangan ini. Selain untuk menyambut HUT RI ke 62 gapura parsasti Sinoman sengaja dibuat dengan tujuan turut menyukseskan program Dinas Pendidikan Kota Mojokerto wajib belajar (wajar) 12 tahun. "Sekaligus memberdayakan kesenian pewayangan di ranah nusantara yang kian meredup belakangan ini," ujar Bambang.

Untuk menuntaskan pekerjaan membentuk gapura prasasti sinoman, Bambang mengaku bahwa konsep dan idenya berangkat dari kebiasaanya mengikuti perjalanan seni wayang. Selain dia sendiri, empat warga lainnya yang juga memiliki kepedulian seni pewayangan, yaitu Ajib Purwanto yang bertugas membentuk karakter wayang, Opik sebagai pencipta relief gapura dan Ruri bertugas membentuk background wayang. "Kami juga dibantu oleh warga lainnya baik dalam bentuk materiel maupun dalam bentuk tenaga," ujar Bambang.

Bentukan gapura sempurna (jadi) menurut Bambang dibutuhkan waktu selama dua Minggu. Dimana material (bahan baku) warga cuma menggunkan kertas kantung semen bekas sebanyak 500 lembar yang dipadukan dengan puluhan kilogram koran. Sebagai kerangkanya dibutuhkan 40 bambu dan beberapa anyaman gedhek. Pembentukan dimulai dari pemasangan rangka gapura dan dilanjutkan dengan pemasangan kertas kantung semen dan koran bekas yang sudah dipercantik dengan warna kecoklatan. Setelah dipastikan semuanya terpasang tahap selanjutnya warga memasang empat karakter catur punokawan. "Proses finishing menggunakan berbagai macam warna. Dari warna coklat, hitam dan putih" ujar Bambang.

Bukan tanpa kedala. Dalam proses pembuatan gapura tersebut Ajib Purwanto yang bertugas membentuk tubuh dan karakter wayang mengaku kesulitan. Pasalnya dia dituntut menyamai kerangka karakter masing-masing lakon catur punokawan.

" Kami tidak dapat menentukan secara pasti bagaimana ukuran dan karakter yang sebenarnya. Yang kita tahu hanyalah sifat mereka (catur punokawan,red) itupun dari buku-buku yang selama ini kita pelajari," kata staff Dinas Koperasi dan UKM Kota Mojokerto itu. Dia lantas menuturkan, kendati tidak menyerupai tinggi dan bentuk wayang, namun dia mampu membedakan sifat,karakter dan fisik di masing-masing wayang mirip dengan yang asli.

Seperti, Semar yang berperan sebagai seorang pamong dalam dunia pewayangan, Gareng memiliki tubuh cacat namun tekun dalam belajar, Petruk memilik sifat sunggu-sungguh dan tidak pernah berbohong Serta bagong yang memiliki peran jujur namun bandel.

" Kendati berbeda karakter, tapi keempat wayang itu sebenarnya memilik tujuan yang sama yaitu berusaha menggali ilmu dan mengajarkannya sampai tua," kata Ajib. Kini gapura yang telah usai lengkap dengan pesan moran dan pendidikan diharapkan mampu memantik warga kota mojokerto guna mengembanagkan seni pewayangan dan mensukseskan wajar 12 tahun. (*)