blog-image


Hanya Hidup Hari Jumat, untuk Jawab Tantangan Dewan
Bangunan megah yang berdiri di Jl Raya Surodinawan, tepatnya di Lingkungan Pekuncen tampak lebih terawatt dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dua pintu pagar hanya satu yang dibuka dan diaktifkan sebagai akses masuk.
Belasan sepeda motor dan tiga buah mobil yang berjajar di dekat pintu masuk bangunan besar RSUD yang menandi bahwa di gedung tersebut ada aktivitas. Tak jauh dari situ tampak papan petunjuk nama-nama poli yang ada beserta dokter yang bertugas. Yakni, Poli THT, Poli Mata, Poli Gigi, Poli Umum serta Poli Kulilt dan Kelamin.

Namun, orang-orangnya tampak sepi. Nun jauh di sayap belakang bangunan ini, tampak dua orang pekerja bangunan yang sedang membehani sesuatu. Barulah setelah masuk agak ke dalam, tampak beberapa papan petunjuk. Misalnya papan pendaftaran pasien, Askeskin, dan lain sebagainya.

Di mana lantas ruangan poli-poli tadi? Radar Mojokerto akhirnya harus bertanya kepada penjaga loket pendaftaran yang dijaga oleh seorang perempuan. Ia setengah mengantuk karena tidak ada pasien yang datang. "Terus saja ke selatan, lalu naik tangga," ujarnya.

Sepanjang lantai I yang dilalui, hanya tampak berderet-deret ruangan yang kosong. Begitupun di lantai II. Hanya ada beberapa ruangan yang difungsikan, yakni untuk laboratorium VCT, ruang konseling VCT, poli umum, poli gigi, poli THT, poli mata serta poli kulit dan kelamin dan ruang farmasi.

Tapi, jangan kira semua ruangan ini ada dokternya. Yang terlihat ada penghuninya hanya poli umum, poli gigi dan VCT. Selain itu, hanya tampak seseorang yang duduk menghadap sebuah TV besar ukuran 21 inci. "Kalau poli hanya buka setiap Jumat. Ya, beginilah kalau hari biasa," ujar laki-laki tersebut yang ternyata dr Koko, dokter penjaga di poli umum.

Lantas, kemana para dokter spesialis ini bertugas pada hari Senin-Kamis. "Ya tetap di RSUD Jl Gajah Mada sana," ujarnya lagi.

Tentu kondisi ini tidak akan pernah terjadi di poli umum RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo. Bahkan, dokter jaga yang ada di sana kewalahan kebanjiran pasien. Demikian pula untuk poli spesialis, tampaknya papan praktik di RSUD baru ini hanya sekadar jawaban atas reaksi para anggota DPRD kota agar segera memfungsikan RSUD baru. Meksipun untuk tujuan itu, Pemkot Mojokerto harus mengeluarkan biaya mahal, untuk biaya perawatan. "Ini poli mayor saja tidak ada. Kalau ada juga kerepotan sendiri, kalau ada pasien yang harus rawat inap," ujarnya.

Yang dimaksudkan poli mayor itu antara lain, poli penyakit dalam, poli jantung dan lainnya. Pasien ini biasanya membutuhkan rawat inap apabila indikasi penyakitnya perlu opname.

Lantas, deretan pululan ruangan yang kosong baik di lantai I dan II tersebut untuk apa? "Inilah yang kita belum tahu. Mungkin buat administrasi. Kalau untuk rawat inap jelas tidak mungkin karena perlengkapannya tidak ada," ujarnya.

Tak lama kemudian, tampak seorang perempuan dengan anak kecil datang ke poli umum. "Batuk pilek," ujar Tri Lis Wahyuni, nama ibu tersebut kepada Radar Mojokerto.

Ia mengaku kerap datang ke RSUD ini karena sepi. Berbeda kalau harus berobat ke puskesmas atau tempat lain yang antre. "Enak. Di sini sepi. Tidak perlu antre," ujar warga Wringinrejo tersebut.

Namun, enggan antre di dokter, ternyata ia harus tetap antre di loket farmasi. Bukan karena banyaknya pasien yang harus dilayani, tapi karena petugasnya tidak berada di tempat. "Suruh nunggu dulu. Kok lama sekali ya," ujarnya.

(Sumber        :     Radar Mojokerto)