Angka Kematian Bayi Menurun
  • Post by kota on 03 July 2007
blog-image


Angka Harapan Hidup Rendah
Rendahnya angka harapan hidup, tak berarti mengurangi angka keberhasilan bidang kesehatan Kota Mojokerto. Itu karena, angka kematian ibu bersalin dan kematian bayi menurun signifikan.

Hal tersebut dikatakan Wali Kota Mojokerto Abdul Gani yang menyebut, perimbangan rendahnya angka harapan hidup dan penurunan kematian ibu dan bayi sebagai parameter keberhasilan kesehatan. "Kita patut bangga. Karena perkembangan bidang kesehatan sungguh fantastis. Sehingga, patokan angka nasional dapat kita mentahkan. Indikasinya, secara kuantitatif, untuk angka kematian ibu bersalin dan bayi, kita berada jauh dengan nasional," ungkap Gani pada laporan nota perhitungan wali kota tahun 2006. Walaupun demikian, Kota Mojokerto masih punya pekerjaan rumah untuk menaikkan angka harapan hidup di atas standar nasional. Yakni 67,5 tahun. Saat ini angka harapan hidup warga Kota Mojokerto ditetapkan hanya 60 tahun.

Dari data Dinas Kesehatan setempat disebutkan, untuk angka kematian ibu bersalin, Kota Mojokerto hanya mencapai 4 berbanding 100 ribu. Padahal, untuk nasional 225 berbanding 100 ribu. Angka kematian bayi, untuk nasional 45 berbanding 10 ribu. Kota Mojokerto hanya 10,1 berbanding 10 ribu. Sayangnya, angka harapan hidup Kota Mojokerto hanya 60 tahun, padahal nasional 67,5 tahun.

Ditambahkan Gani, untuk tahun 2006 kemarin pembangunan sarana dan prasarana kesehatan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Di antaranya adanya fasilitas kesehatan berjumlah 140 unit. Terdiri atas 6 rumah sakit, 10 Balai Pengobatan, 24 puskesmas terdiri atas 5 puskesmas induk (puskesmas rawat inap 2 dan 3 tanpa rawat inap), 14 puskesmas pembantu dan 5 puskesmas keliling. Selain itu, Kota Mojokerto memiliki Pos Kesehatan Desa (Poskedes) 18 buah dan 2 buah Poned khusus pelayanan ibu hamil di Puskesmas Blooto dan Puskesmas Kedundung.

"Dibandingkan tahun 2005, secara total keseluruhan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Mojokerto banyak berubah," jelasnya. Perubahan yang terjadi adalah, pada sebaran status fasilitas kesehatan. Contohnya, bertambahnya jumlah puskesmas dan puskesmas keliling (pusling).

Terkait rendahnya angka harapan hidup, lebih disebabkan rendahnya tingkat kebugaran penduduk akibat kurang gerak. Saat ini, jumlah warga yang memikirkan kebugaran baru 50 persen.

"Melihat ancaman ini, kita harus mulai waspada dengan selalu menjaga kesehatan melalui pola hidup sehat," ujarnya. Berbagai penyakit seperti jantung dan pembuluh darah, menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian terbesar. Data tersebut secara umum terjadi di Indonesia.

Sejalan meningkatkan fasilitas kesehatan, Kota Mojokerto menerapkan berbagai program kesehatan yang dibiayai APBD. Antara lain program upaya kesehatan masyarakat, program pengembangan obat asli Indonesia, program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi, program pengembangan lingkungan sehat, dan masih banyak lagi. "Selain peningkatan sarana kesehatan, kita juga punya program kesehatan yang tujuannya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya," paparnya.

Sumber      :       Radar Mojokerto