blog-image


Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Mojokerto memastikan akan menyerap Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang lingkungan hidup sebesar Rp 1,2 miliar yang diperuntukkan bagi pembangunan Laboratorium Lingkungan Hidup (LLH). Alasannya, KLH masih mengalami kesulitan untuk menindaklanjuti temuan limbah air, limbah rumah sakit maupun limbah udara karena tak memiliki LLH sendiri.

Selama ini untuk pengujian limbah, KLH harus mengirimkan sampel limbah ke Badan Teknisi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Surabaya. Padahal, paling cepat seminggu baru diketahui hasil uji laboratorium limbah.

Hal itu dikatakan Kepala KLH Kota Mojokerto, Suntoyo, terkait DAK yang muncul dalam APBD 2007 Kota Mojokerto. "Sudah saatnya Kota Mojokerto memiliki LLH sendiri. Karena, kalau hanya mengandalkan BTKL sebagai penguji limbah yang ada di kota ini, akan kurang efektif," katanya kepada wartawan.

Hanya saja, agar dana miliaran rupiah itu bisa diserap, kata Suntoyo, Pemkot Mojokerto harus mengguyurkan dana segar sebesar 10 persen dari nilai DAK yakni sebesar Rp 120 juta sebagai dana pendamping. "Aturannya, harus tersedia dana pendampingan sebesar 10 persen, kalau tidak tersedia, tidak bisa direalisasikan," imbuhnya.

Direncanakan, kata Suntoyo, pada Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) mendatang pihaknya akan mengajukan dana pendamping itu. "Karena sekarang masih pada pos penerimaan, dan aturannya harus ada dana pendampingan, maka pada PAK mendatang kami akan ajukan dana itu," kilahnya.

Dikatakan Suntoyo, dana DAK dan pendampingan itu tak hanya untuk pembelian alat-alat LLH, namun juga untuk pembelian satu unit kendaraan untuk pengambilan sampel limbah. "Selain laboratorium, kendaraan untuk pengambilan sampel limbah juga sangat dibutuhkan. Makanya, termasuk dalam rencana pengadaan LLH yang kini tengah digodok Bappeko, yakni pengadaan satu unit mobil pengangkut limbah," terangnya.

Pihaknya berharap agar penerapan DAK itu terealisasi. Karena, meski permasalahan limbah, seperti limbah air dan limbah rumah sakit masih dibawah ambang batas baku mutu, namun munculnya limbah udara tetap menjadi atensi tersendiri bagi KLH. "Limbah lainnya masih relatif baik karena berada di bawah ambang batas baku mutu, tapi kalau limbah udara belum bisa tertangani tuntas meskipun pihak perusahaan juga sudah berupaya mengelimir limbah udara dengan meninggikan cerobong asap pabrik, spray broiler maupun penanaman pohon lindung," tandasnya.

Sumber      :     Radar  Mojokerto