Layanan Askes Maskin Meningkat
  • Post by kota on 11 April 2007
blog-image


Setiap Bulan 150-200 Orang
Kemudahan pelayanan kesehatan bagi warga miskin, terkadang masih memunculkan persoalan pelik. Salah satunya adalah, ketidaksiapan mereka menempati ruang kelas III yang berbaur dengan banyak pasien. Termasuk mencari Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa, setelah mengetahui biaya perawatan yang dialaminya tinggi dan memberatkan.

"Hal inilah yang terkadang merepotkan administrasi, karena fasilitas dan pelayanan Askes Maskin ini sudah diplot sesuai plafon," ungkap Direktur Bapelkes RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dr Soepriono. Sejauh ini prosedur yang diajukan dalam pelayanan kesehatan cukup mudah dan bersifat fleksibel. Sehingga, sebagian masyarakat cenderung memanfaatkan momen pelayanan kesehatan ini dengan mencari SKTM dari desa.

"Siapa pun orangnya, jika sudah membawa SKTM, kan tetap kita layani. Tapi, jika kemudian tidak mau ditempatkan di kelas III, lalu pindah ke ruang VIP dan mampu membayar semua biaya perawatan secara mandiri, kan jadi ketahuan," ungkapnya. Meskipun pada dasarnya pihak RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo siap memberikan pelayanan pasien Askes Maskin dengan kapasitas yang dimiliki. Sesuai program pemerintah dalam memudahkan dan memberi pelayanan kesehatan secara gratis.

Karena kemudahan mendapatkan SKTM inilah, tingkat pengunjung Askes Maskin di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo cukup banyak di setiap bulannya. Rata-rata jumlah pasien yang melakukan pengobatan dengan fasilitas rawat jalan dan rawat inap ini berkisar antara 150 sampai 200 orang. Dengan nilai klaim yang berkisar antara Rp 80 juta sampai Rp 100 juta per bulan. Bila dalam kondisi penuh, pasien Askes Maskin ini terkadang diberikan perawatan di lorong rumah sakit.

Untuk itulah, pihaknya berharap ada perubahan sasaran dalam mengerucutkan program pelayanan kesehatan gratis ini. Paling tidak, ada pertimbangan lain yang ditunjukkan perangkat desa dalam mengeluarkan SKTM kepada warganya. Dengan demikian, pelayanan Askes Maskin ini lebih selektif dan pemanfaatannya betul-betul kepada keluarga miskin yang memang membutuhkan bantuan dan perhatian dari pemerintah.

Sumber       :       Radar  Mojokerto