Flu Burung Masuk Kota
  • Post by kota on 28 March 2007
blog-image


SEMENTARA itu, penyebaran virus Avian Influenza (flu burung) di Mojokerto memasuki tingkat mencemaskan. Setelah virus menyebar di beberapa kecamatan wilayah Kabupaten Mojokerto, kemarin giliran Kota Mojokerto diserang virus mematikan ini.

Kepastian virus flu burung memasuki wilayah Kota Mojokerto itu diketahui setelah gejala klinis ditemukan pada sejumlah unggas di pemukiman warga. Kemarin, Dinas Pertanian dan Peternakan (Disperta) Kota Mojokerto melakukan stamping out (pemusnahan masal) sejumlah unggas di dua kelurahan. "Ada beberapa unggas di dua kelurahan yang positif flu burung, yaitu Kelurahan Miji dan Surodinawan," ungkap Plt Kepala Disperta Kota Mojokerto Kun Mariatin.

Menurutnya, ditemukannya virus AI pada unggas-unggas milik warga ini setelah petugas melakukan rapid test. "Kita mengambil sampel beberapa kali, ternyata memang positif flu burung. Karena itu, kita langsung meminta unggas-unggas tersebut dimusnahkan segera," ujarnya. Stamping out itu dilakukan karena dikhawatirkan penularan virus merembet ke manusia. "Saat ini memang baru ayam-ayam yang kena, kami melakukan pencegahan agar sampai menjalar ke manusia," lanjutnya.

Kekhawatiran itu cukup beralasan, karena di Kabupaten Mojokerto, virus tersebut sudah menyerang dua manusia, yaitu Siti Nur Aini, warga Mojotamping Kecamatan Bangsal, yang akhirnya meninggal. Sedangkan satunya Wetono Hadi, asal Desa Perning, Kecamatan Jetis, yang saat ini masih dirawat di RSU dr Soetomo Surabaya. "Memang sejak awal kita sudah ada peringatan dari Dinas Peternakan Provinsi, karena wilayah Kota Mojokerto berada di tengah-tengah kabupaten," jelas dia.

Selain dua kelurahan tersebut, petugas juga mengambil sampel di beberapa lokasi. Di antaranya di Jl Empunala dan Kelurahan Kedundung. Pengambilan sampel itu setelah warga melaporkan kondisi ayam-ayamnya yang mencurigakan. "Hasil-hasil tes masih kita kirim ke Malang, jadi sementara yang kita stamping out masih Kelurahan Surodinawan dan Miji," ujar dia. Stamping out ini dilakukan bagi unggas-unggas yang berada dalam radius 100 meter dari lokasi ditemukannya virus flu burung.

Selain stamping out, Disperta juga melakukan pengawasan terus-menerus pada unggas-unggas warga. Di antaranya melakukan sosialisasi melalui kelurahan-kelurahan dan vaksinasi ulang. "Agar tak menyebar, warga perlu mengawasi unggas-unggasnya, dikandangkan dan divaksin rutin," kata Kun lagi.

Kun juga melarang ayam-ayam yang mati dibuang sembarangan. "Kalau ayam mati, jangan dibuang ke sungai atau berdekatan dengan air, karena akan memperpanjang umur virus jika ayam tersebut terjangkit," imbaunya. Dia meminta ayam tersebut dibakar dan ditimbun dalam tanah.

Gejala flu burung menyerang Kota Mojokerto memang diketahui sehari sebelumnya. Ada beberapa ayam milik warga yang mati mendadak. Sembilan ekor ayam di Surodinawan dan tiga ekor ayam di Miji. Setelah di-rapid test, ternyata hasilnya positif flu burung. "Tak hanya ayam yang dimusnahkan, burung-burung juga dibakar lalu ditimbun," aku Sulinandar, seorang warga Surodinawan. Burung merpati dan puter miliknya ikut dimusnahkan. Usai dibakar, sekitar 38 unggas milik warga ditimbun di dekat sungai.

Sayangnya, di Kelurahan Miji, beberapa ayam telanjur dijual pemiliknya, sebelum sempat dimusnahkan. Hal itu terjadi setelah warga mengetahui akan ada stamping out yang dilakukan petugas.

Sumber        :       Radar Mojokerto