Beras Opm Berkutu
  • Post by kota on 08 February 2007
blog-image


Hari kedua pelaksanaan operasi pasar murni (OPM) beras yang digelar di Kelurahan Gunung Gedangan, Kota Mojokerto, dikeluhkan oleh warga penerima. Hal itu karena, kebutuhan pokok yang dijual jauh di bawah harga di pasaran tersebut, berkutu. Kendatipun masyarakat yang membeli beras itu mengeluh, namun karena tidak ada pilihan dan mengingat harganya yang murah, mereka tak bisa berbuat banyak. Beras yang dibeli per kilogramnya dengan harga Rp 3.700 tersebut tetap dibawanya pulang.

"Beras yang kami beli memang ada kutunya. Tapi, harganya memang lebih murah," ungkap salah seorang warga Gunung Gedangan usai mendapatkan beras murah tersebut kemarin.

Ketika dibeli, beras dalam kondisi dibungkus kantong plastik. Dirinya membeli dua kantong, setiap kantong takarannya lima kilogram. Sesuai jatah yang ditetapkan Tim OPM, setiap pembeli maksimal sepuluh kilogram beras. Namun, setelah dilihat, berasnya telah berkutu.

Kondisi tersebut dibenarkan pembeli lainnya. Mereka mengaku, beras yang dibelinya dari OPM di Kantor Kelurahan Gunung Gedangan tersebut kutu. "Iya Mas, beras itu ada kutunya," ungkap seorang pembeli lainnya yang ditemui Radar Mojokerto, kemarin.

Ketua Tim OPM beras kali ini, Agus Dirgantoko, yang sekaligus Kasubdin Perdagangan Disperindag dan Penanaman Modal Kota Mojokerto mengungkapkan, hal itu hanya insidental. Kalaupun ada, jumlahnya juga tidak banyak. "Yang lebih tahu Bulog langsung," katanya. Pihaknya mengaku sudah memeriksa kondisi beras sebelum digelar ke masyarakat. Selain itu, beras di Gunung Gedangan tersebut asalnya juga sama dari Bulog. "Kami sudah berusaha memberikan yang baik. Bahkan sebelumnya, saat masih di gudang, kami sudah memeriksa beras itu," ungkap Agus Dirgantoko. Beras itu ketika diperiksa, dikatakannya, kondisinya bagus. Sehingga, dengan adanya kejadian ini, dirinya menilai, jumlah kutunya tidak banyak.

Ketika dimintai konfirmasi perihal kejadian tersebut, Kepala Sub Divre II Surabaya Selatan Abdul Syakur Adrianto mengungkapkan, pihaknya sudah berusaha maksimal menjaga beras tetap dalam kondisi baik. Pun seandainya terdapat kutu, jumlahnya tidak banyak, dan itu masih layak disalurkan. Walaupun demikian, dirinya menyatakan, memang semestinya bersih dari kutu. "Paling hanya satu dua ekor. Dan, tidak semua kantong ada kutunya," ujar dia. Upaya menghindarkan kutu dari beras di gudangnya, kerap dilakukan. Secara rutin, setiap hari gudang dibuka, dan dua hari sekali gudang dibersihkan. Belum cukup itu, dua minggu sekali juga dilakukan penyemprotan untuk menghindarkan dari kutu, ditambah upaya lainnya yang sangat membantu. "OPM kali ini memang sangat mendesak untuk dilaksanakan," ujarnya.

Dikatakannya pula, beras yang diedarkan tersebut bukan merupakan stok lama. "Beras itu merupakan pengadaan tahun 2006 bulan Juni," jelasnya ketika ditemui di dalam gudang Jl R.A. Basuni Mojokerto. Di tengah pekerja mengantongi beras di gudang tersebut, dirinya bahkan sempat memperlihatkan kondisi beras dengan cara menusuk kantong dan mengambil beras tersebut. "Jika memang banyak kutunya, tentu kalau diambil seperti ini langsung ada. Tapi, ini kan tidak," ungkapnya sembari menunjukkan hasil beras yang terambil.

Sekadar diketahui, Sub Divre II Surabaya Selatan tidak hanya melayani Kota Mojokerto. Kantor yang memiliki beberapa gudang baik di Mojokerto maupun Jombang ini wilayahnya juga mencakup Kabupaten Mojokerto dan Jombang. "Untuk OPM ini memang tidak terbatas. Namun kalau bicara target, bisa seribu ton," katanya.

Sebagaimana diketahui, OPM yang digelar di Kota Mojokerto yang juga melibatkan Bulog dimulai Selasa (6/2) yang antara lain di Pasar Tanjung Anyar, Kelurahan Surodinawan dan Kelurahan Kedundung. Dalam sehari itu, sebanyak 14 ton beras ludes. Rencananya, kegiatan dalam upaya menstabilkan harga beras di pasaran yang terakhir beras IR64 menembus harga Rp 5000 perkilogramnya tersebut bakal terus digelar selama dua minggu, selain hari libur.

OPM kali ini tidak dibatasi jumlahnya. Selain itu, tidak terbatas untuk masyarakat miskin. Beras itu dijual dengan harga Rp 3.700 per kilogramnya. Harga tersebut sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Sementara target stabil harga paling tidak terjadi penurunan dari harga di pasaran sekarang ini menjadi paling tidak di bawah Rp 4500.  

Sumber      :      Radar Mojokerto