blog-image


Berkat Istiqomahnya, Diberangkatkan Haji Pemkot Mojokerto
Bermacam sebab yang membuat orang bisa melaksanakan ibadah haji. Baik karena jerih payahnya mengumpulkan biaya, atau kesempatan itu datangnya dengan tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya. Salah satunya dialami Kusen, calon jamaah haji (CJH) asal Keradenan, Kota Mojokerto. Berkat istiqomah yang dilakoninya selama 40 tahun menjadi muazin di Masjid Agung Al Fattah, pria 70 tahun ini bisa berangkat haji. Bagaimana perjalanannya?

Mengetahui kehidupan ekonominya, mungkin banyak orang yang tak mengira jika dirinya bisa naik haji tahun ini. Belum lagi dituntut untuk menghidupi anak dan keluarganya. Setapak demi setapak perjalanan hidupnya terus diukir. Kini usinya sudah 70 tahun. Anak-anaknya pun sudah banyak yang bisa menghidupi dirinya sendiri.

Namun, di balik kehidupannya tersebut, terdapat sesuatu yang bisa dibilang sangat berharga. Pak Kusen, demikian biasa dipanggil. Tubuhnya tinggi besar. Mungkin bagi masyarakat Keradenan, Kauman dan sekitarnya yang biasa salat berjamaah lima waktu di Masjid Agung Al Fattah, sosoknya tak asing lagi, apalagi suaranya.

Dia mempunyai aktivitas yang tidak setiap orang memilikinya. Dari catatan hidupnya, sudah 40 tahun menjalani aktivitas mengumandangkan azan di masjid terbesar di kota ini. Setiap akan datang waktunya salat, mulai Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib, Isyak sampai kembali Subuh lagi, dia beranjak dari rumahnya menuju masjid yang berada tepat di sebelah barat Alun-alun tersebut. Menyiapkan segala sesuatunya untuk selanjutnya memulai mengumandangkan azan. Begitu terus dilakukan hingga dirinya kini harus berhenti sementara karena harus menjalankan ibadah haji ke tanah suci.

"Alhamdulillah. Saya bisa berangkat haji ke tanah suci," berkali-kali kalimat itu diungkapkan kala menunggu pemberangkatan di areal halaman kantor Pemkot Mojokerto bersama bergabung bersama jamaah lainnya. Dirinya tak menyangka sebelumnya, jika berkat istiqomahnya itu, dirinya akan menjadi tamu Allah. Berangkat ke tanah suci menjalankan rukun Islam kelima. Kini, Kusen sedang dalam konsentrasinya menjalankan ibadah itu.

Gema Talbiyah menambah haru keberangkatan rombongan jamaah haji. Didampingi anaknya, Khuzaini dirinya tegar menuju bus yang siap membawanya ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya sebelum akhirnya terbang menuju Madinah. "Bapak sudah azan di Masjid Agung sebelum saya lahir," ungkap Khuzaini.

Di tengah rasa haru hendak melepas keberangkatan bapaknya ke tanah suci, pemuda yang kala itu memakai songkok hitam dan kemeja hijau dipadu setelan celana hitam sekilas teringat istiqomah bapak tercintanya. Bapaknya (Kusen) telah menancapkan suri tauladan, tentang besarnya keistimewaan dari sebuah istiqomah. "Walaupun bapak tidurnya malam, dia pasti terbangun kalau sudah waktunya azan Subuh," ingatannya terus bergelayut.

Dia terkejut. Tak menyangka pula, kalau seorang bapak yang dikenalnya sangat sederhana itu akhirnya dapat berangkat haji. Itu berawal ketika bapaknya merupakan seorang dari sejumlah orang yang diberangkatkan haji oleh Pemkot Mojokerto. "Saya hanya dipesan untuk senantiasa menjaga ibu," katanya.

Penghargaan yang tiada terkira dirasakan. Karena istiqomah yang dilakoni selama 40 tahun, Kusen mendapat perhatian pemerintah setempat. Berkat bantuan itulah, pria ini bisa berangkat ke tanah suci. "Alhamdulillah. Ada beberapa orang yang juga ikut membantu saya," ungkap Kusen sebelum perlahan busnya meninggalkan Kota Mojokerto.

Dengan berangkatnya Kusen ke tanah suci, tak mudah mencari pengganti sementara menjadi Muazin selama ditinggalkannya. "Sudah ada penggantinya," jelas Khuzaini.

Sumber      :    Hasil Penelusuran Abi Mukhlisin/Radar Mojokerto