blog-image


Dilaksanakan di Klenteng, Mempelai Terlebih Dulu Sembahyang
SABTU (2/12) siang bisa dibilang hari bersejarah bagi umat Konghucu di Kota Mojokerto. Hari itu untuk kali pertamanya dilangsungkan upacara pernikahan secara Konghucu. Sebelum keberadaannya diakui pemerintah, umat Konghucu menjadi satu dengan umat Buddha. Bagaimana prosesinya?

Sepintas tak terlihat adanya tanda-tanda akan ada acara penting di Klenteng Hok Sian Kiong Kota Mojokerto siang itu. Jarum jam masih menunjukan pukul 10.30. Hanya terlihat dua orang perempuan duduk-duduk santai di halaman tempat ibadah umat Tri Dharma tersebut. Tepat di bawah sebuah pohon besar, keduanya berbincang-bincang. Tak terlihat perubahan tampilan bangunan dengan ornamen China tersebut.

Jarum jam terus berjalan, menapakkan ujungnya dari angka ke angka. Dua orang perempuan, paruh baya dan lansia yang sedari tadi duduk di bawah pohon itu sudah banyak temannya. Satu per satu orang mulai terlihat berdatangan. Dengan dandanan masing-masing, mereka perlahan masuk ke areal Klenteng. Baru, dengan kedatangan mereka itulah, suasananya menjadi lain. "Akan ada upacara pernikahan Mas," lontar seorang perempuan paru baya itu.

Dan, memang. Siang itu, di tempat ibadat tersebut, akan dilangsungkan upacara pernikahan sepasang mempelai yang berasal dari umat Konghucu. "Pernikahan ini pertama kali di Kota Mojokerto. Karena menggunakan adat Konghucu sendiri," tambah perempuan itu.

Tepat. Sekitar pukul 12.00, sebuah mobil sedan berwarna silver dilengkapi hiasan bunga terlihat memasuki halaman klenteng. Perlahan, laju mobil terus mendekati bangunan utama Klenteng. Kedatangan mobil itu menjadi perhatian banyak orang yang terlebih dulu datang. Sebagian mereka masuk ke tempat ibadah, sebagian lagi memilih berdiri memasang mata di depan.

Tak lama berselang, pintu mobil itu terbuka. Dari dalamnya keluar sepasang mempelai, Budi dan Lilis, pasangan pengantin itu mulai melangkahkan kakinya masuk ke Klenteng. Dandanan yang dikenakan keduanya memang tak jauh beda dengan pernikahan lainnya. Mengenakan setelan jas dan wanitanya bergaun warna putih panjang.

Mereka tak hanya berdua. Persiapan upacara pun dimulai. Terlihat keduanya diapit dua orang perempuan mengenakan jubah warna biru laut. Dan seorang perempuan yang tak lain adalah pendeta bernama bunshu Titis dari Tuban. Dari yang sebelumnya menghadap ke selatan, kedua mempelai berbalik menghadap ke utara. Berdiri lurus di pintu utama, keduanya kini bersiap melaksanakan sembahyang menyembah Tuhan. Asap jushuo mulai mengepul. Bersama pendamping dipandu seorang pria bernama Budianto kedua mempelai mulai melaksanakan sembahyang. Joshuo itu erat digenggam.

Belum cukup itu, kedua mempelai melangkah dipimpin pendeta Titis dan dua pendampingnya masuk ke sebuah ruang untuk menghormati dewa. Satu per satu ruangan dimasuki. "Kalau tadi itu sembahyang pada Tuhan. Setelah itu, berlanjut ke Mak Co, dewa Bumi, dan dewa lainnya termasuk Dewi Kwan Im. Dan, memang untuk upacara menggunakan adat Konghucu, ini pertama di Kota Mojokerto. Sebelumnya menjadi satu dengan Buddha," ujar Budianto menjelaskan.

Setelah semuanya dirasa usai, kedua mempelai melanjutkan ke sebuah ruang besar yang berada tepat di lantai dua bangunan tersebut. Keduanya siap menjalani prosesi. Mempelai masuk, langsung disambut lagu-lagu pujian. Berjalan pelan di atas karpet merah. Dari sini memang tidak banyak perbedaan dengan pernikahan lainnya.

Setelah mempelai duduk dan bergema lagu-lagu pujian, pendeta Titik pun menuju mimbar memberikan nasihat untuk kedua mempelai. Baru setelah semua prosesi rampung, petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispenduk Capil) setempat melaksanakan tugasnya.

Purwati, petugas dari Dispenduk Capil mengaku sengaja mengikuti prosesi pernikahan itu sejak awal. Karena dirinya yang saat itu datang bersama temannya memang ingin mengetahui lebih banyak tentang pernikahan adat Konghucu. Selama ini pernikahan tersebut memang belum pernah dilakukan. "Agama Konghucu kan sudah disahkan Agustus 2005 lalu. Namun, di kota ini untuk kali pertamanya. Kami pun juga baru pertama ini," katanya.

Sumber       :     Tulisan 
ABI MUKHLISIN, Radar Mojokerto