Pemkot Antisipasi Musim Hujan
  • Post by kota on 20 November 2006
blog-image


Tahun Lalu, Penderita DBD Mencapai 220 Orang

Kendati sudah enam bulan berjalan, Pemkot Mojokerto menggeber program Gerakan Jumat Berseri dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 60 menit, namun tetap saja waswas dalam menghadapi musim penghujan yang sebentar lagi tiba. Pasalnya, belajar dari tahun 2005 lalu, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 220 penderita. Puncaknya terjadi saat musim hujan (November - Maret).

"Kalau melihat tahun lalu, bulan ini telah masuk musim penghujan. Meski pada kenyataannya sampai sekarang belum hujan, namun kami tetap meningkatkan kewaspadaan. Karena kapan saja, musim penghujan bisa datang. Sehingga, kami akan melakukan beberapa terobosan mengantisipasi ancaman DBD," kata Kasubdin Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Mojokerto Sri Mujiwati, kemarin.

Sejumlah upaya yang bakal dilakukannya diantaranya, menekankan juru pemantau jentik (Jumantik) yang sejak dicanangkannya PSN 60 menit telah terbentuk untuk lebih mewaspadai lingkungan luar rumah. "Kalau selama ini, setiap Jumat, mereka hanya memeriksa sejumlah tempat yang dicurigai sebagai sarang jentik di dalam rumah, menghadapi musim penghujan juga harus memeriksa luar rumah. Karena, ketika musim penghujan, jentik berpeluang banyak hidup di luar rumah. Kami juga telah merencanakan digelar kerja bakti masal," katanya.

Selain itu, pihaknya juga tetap mengharapkan adanya dukungan dari sejumlah pihak, terlebih masyarakat yang bersama-sama sadar tentang pentingnya kebersihan. Bantuan pihak kelurahan, dalam hal ini kepala kelurahan sangat diperlukan untuk bersama-sama memberikan imbauan kepada masyarakat di lingkungannya. "Ancaman pada musim penghujan sebenarnya tidak hanya DBD, melainkan juga diare. Sehingga, semuanya harus diwaspadai," ujarnya.

Sekadar dikatahui, menurut Sri Mujiwati, melihat data yang masuk ke pihaknya, selama bulan November tahun 2005 sampai bulan Maret 2006 tercatat sekitar 220 penderita DBD berasal dari warga Kota Mojokerto. Pihaknya tidak menginginkan hal itu terulang pada tahun ini. Satu kuncinya, dikatakannya, adalah kesadaran masyarakat untuk tetap menciptakan dan menjaga lingkungannya tetap bersih. "Padahal, pada musim penghujan tersebut sempat dilakukan fogging secara masal. Bahkan, terkait kewaspadaan sendiri, kami sudah mendapatkan surat dari gubernur agar terus meningkatkan kewaspadaan tersebut menghadapi datangnya musim penghujan," katanya.

Sumber       :     Radar Mojokerto