Musim Psb, Alami Kenaikan Omzet
  • Post by kota on 05 July 2006
blog-image

WALAUPUN telah banyak menjamur orang membuka jasa menjahit dengan gaya modern, namun hal itu tidak membuat ciut para penjahit yang menjajakan jasanya di Pasar Tanjung, Kota Mojokerto. Bahkan, masa Penerimaan Siswa Baru (PSB) menjadi hari-hari penuh berkah bagi mereka untuk meraup penghasilan lebih banyak dibandingkan hari-hari biasanya. Hingga kemarin, tak kurang dari 15 penjahit, laki-laki atau perempuan yang tetap eksis menjalani profesinya tersebut. Misalnya Mualip. Laki-laki asal Ngaglik yang sudah menjalani profesi sebagai penjahit di pasar tersebut sejak 1971 itu mengaku selalu diuntungkan dengan masa PSB. Menurutnya, saat-saat itu omzet pendapatannya mengalami peningkatan seratus persen lebih. Selain konsumen yang meminta dibuatkan seragam sampai yang hanya menjahitkan bet atau tanda-tanda lainnya pelengkap seragam. "Kondisi seperti ini terjadi setiap tahun. Bahkan, dibandingkan hari raya, PSB lebih ramai," katanya. Namun, untuk hari-hari sekarang, dirinya memang belum melihat adanya perubahan. Sebab, dikatakan Pak Muk -panggilan akrabnya- biasanya kondisi ramai bila sudah masuk waktu pendaftaran dan daftar ulang. Bahkan, itu berlangsung sampai bulan selanjutnya. "Sekarang belum. Masih banyak konsumen umum. Jika sudah masuk pendaftaran, baru ramai. Mungkin kalau tahun ini, kondisi ramai akan berlanjut sampai Agustus," katanya. Jika sudah ramai garapan seragam, dirinya lebih memprioritaskan seragam tersebut. Untuk garapan pakaian umum, biasanya dijanjikan setelah garapan seragam selesai semuanya. "Kalau seragam itu kan ada waktunya. Kan kasihan kalau sudah waktunya masuk, seragamnya belum selesai," ujarnya. Namun, dirinya mengaku terjadi perubahan musim tahun belakangan dengan sebelumnya. Pasalnya, belakangan kerap muncul seragam dari sekolah. Sehingga, konsumen tidak langsung membuatkan anaknya seragam. Mereka mengaku memiliki pelanggan sendiri. Kebanyakan pelanggan yang datang kepadanya adalah mereka yang berasal dari utara sungai Brantas. Meskipun tak jarang pula warga kota sendiri. Saking ramainya, Mualip kerap menyelesaikan pekerjaannya di rumah. (abi)
Sumber : Radar Mojokerto, Rabu, 05 Juli 2006