blog-image

Panik, Tak Sempat Bawa Popok MOJOKERTO - Korban gempa tektonik Jogjakarta ternyata ada juga yang dirawat di Mojokerto. Tiga korban, yaitu Desi Anggraeni, 30, bersama dua anaknya, Sonia, 9, dan Michael, 9 bulan, sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Rekso Waluyo. Mereka tiba di Mojokerto Minggu (28/5) pagi atau sehari setelah gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter meluluhlantakkan hampir separo wilayah Jogjakarta. Rumah korban yang di kawasan Prawiro Taman 2, Kecamatan Mergangsang, Jogjakarta tidak diketahui nasibnya. Yang diketahuinya, sebelum dirinya mengajak anaknya menyelamatkan diri ke Kota Mojokerto atas ajakan Yuyun, temannya asal Sinoman IV tersebut, banyak rumah tetangganya yang telah roboh diguncang gempa. "Saya tidak tahu lagi bagaimana kondisinya sekarang. Sesaat setelah gempa pertama, rumah tetangga banyak yang roboh," ungkapnya kepada koran ini ketika ditemui di ruangan tempatnya dirawat bersama dua anaknya, Paviliun Airlangga 9, kemarin. Masih kental dalam ingatannya, Sabtu (27/5) pagi, tidurnya mendadak dibangunkan oleh teriakan orang-orang di sekitarnya. Dalam kondisi antara sadar dan tidak, dirinya langsung bangkit dari tidur. Tampak dan terasa benar, saat itu bumi yang dipijaknya, serta rumah yang dihuninya bergoyang hebat. "Anakku, anakku, anakku," ujar Desi mengulangi teriakannya ketika itu. Yang dicarinya hanya anaknya. Seolah tak bisa berpikir. Kekalutan langsung menyelimutinya. Disaksikannya, Sonia, anak pertamanya saat itu sudah menangis. Gempa terjadi, saat Sonia makan hendak berangkat sekolah. Kekalutannya bertambah tatkala mengetahui bahwa pembantu yang biasa merawat anaknya diketahui pingsan akibat kejatuhan batako. Sedangkan anaknya yang masih berusia 9 bulan dilihat sedang terkurung dalam kereta dorong. "Saat terjadi gempa, anak saya berada di kereta dorong. Dan, kereta dorong itu langsung menutup. Sehingga, saat saya ketahui, dia berada di dalam kereta itu dengan napas yang sudah terengah-engah," ungkapnya. Karena takut terjadi gempa susulan, dirinya akhirnya memutuskan mengajak anaknya ikut Yuyun mengungsi ke Kota Mojokerto. Tak banyak barang yang dapat dibawanya. "Saya tidak sempat bawa popok. Semua perlengkapan anak belanja di sini. Untung saya masih bawa ATM," katanya. Kini, dirinya tinggal menunggu kesembuhan balitanya. Luka memar di kepala, membuatnya harus menjalani perawatan intensif. Sedangkan Sonia menderita luka lecet di bagian tangannya. "Entah kapan saya kembali ke Jogja. Saya sebenarnya juga ingin bisa kembali secepatnya. Karena di sana juga masih punya tanggungan. Di sini saya tinggal bersama Yuyun, bahkan baju yang saya pakai ini baju dia," ungkap perempuan yang mengaku memiliki perusahaan mebel dengan 20 karyawan, dan suaminya masih berada di Washington, Amerika Serikat. (abi/yr)
( Sumber : Radar Mojokerto, Rabu, 31 Mei 2006 )