ARTIKEL


Detik-Detik Proklamasi kemerdekaan RI
Kamis, 04 September 2008

Jakarta Jelang Proklamasi

 



Minggu  (17 Agustus 2008), rakyat Indonesia telah memperingati hari ulang tahun proklamasi kemerdekaannya. Menyambut Proklamasi Kemerdekaan ke-63 tahun, kita kutip kata-kata Bung Karno tentang proklamasi. ''Melalui proklamasi kita memberitahukan kepada kita sendiri dan seluruh dunia bahwa rakyat Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka. Pada waktu kita berjalan Proklamasi menunjukkan arahnya jalan. Pada waktu kita lelah, proklamasi memberikan tenaga baru kepada kita. Pada waktu kita berputus asa, Proklamasi membangunkan kembali semnangat  kita. Pada waktu di antara kita ada yang nyeleweng, Proklamasi memberikan alat kepada kita untuk memperingatkan si penyeleweng itu . Pada waktu kita menang Prokalamasi mengajak kita untuk tegap berjalan terus, karena tujuan terakhir belum tercapai. Berbahagialah rakyat Indonesia yang mempunyai Proklamasi karena ia merupakan pengayoman, dan diatas kepalanya ada sinar surya yang cemerlang,''


    Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ada detik-detik yang menegangkan baik dalam skala international maupun dalam negeri sendiri. Mulai dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima (6/8-1945) yang menewaskan 70 ribu jiwa dan tiga hari kemudian (9/8-1945) di kota Nagasaki, menewaskan 92 ribu. Membuat Kaisar Jepang, Hirohito yang dianggap sebagai putra matahari menyatakan bertekuk lutut terhadap sekutu pada 14 Agustus 1945. Tapi, takluknya Jepang ini tidak diketahui rakyat Indonesia, karena berita-berita menyebutkan suratkabar dan radio selalu menyebutkan kemenangan Jepang terhadap sekutru. Pada masa pendudukan militer Jepang semua radio disegel hingga masyarakat tidak dapat mendengar berita-berita dari luar negeri. Hanya berita yang bersumber dari Jepang saja yang boleh didengar. Beritanya bohong dan propaganda kemenangan balatentara Jepang dihampir semua front. Jika ada pemilik radio yang tidak disegel dan digunakan mendengar beritga-berita luar negeri, akan ditangkap dan tidak carang dibunuh secara kejam karena dianggap mata-mata musuh.

Tapi ada orang yang bekerja dibawah tanah diantaranaya Sutan Syahrir mendengar siaran radio asing menyerahnya Jepang pada sekutu. Syahrir kemudian mendatangi Bung Hatta yang baru saja tiba dari Dallath kota peristirahatan dekat Saigon (kini Ho Chin Minh City) menemui Panglima AB Jepang. Kemudian keduanya menuju kediaman Bung Karno di Jl Pegangsaan Timur (kini Jl Prokalamasi) 56. Bung Karno dan Bung Hatta sependapat bahwa mereka tidak mau mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan tanpa bertemu dan bermusyawarah dengan anggota-anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang kala  itu sedang berada di Jakarta.

Pada 15 Agustus 1945 -- sehari setelah Jepang menyerah --, Jakarta makin tegang dan penuh kesibukan. Takluknya Jepang makin santer terdengar di mana-mana.  Anehnya dari pihak militer Jepang tidak terdengar berita resmi. Golongan  muda yang berjiwa dinamis dan revoluysioner berpendapat kemerdekaan harus segera diproklamirkan. Sementara golongan tua khususnya Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat bahwa sebaiknya kemerdekaan Indonesia dicapai tanpa menimbulkan pertumpahan darah. Kala itu pasukan Jepang masih menguasai Jakarta. Perbedaan pendapat mengbenai cara melaksanakan proklamasi itulah yang membuat suasana kota tegang. Bung Karno dan Bung Hatta disertai Mr Ahmad Subardjo berusaha untuk mengetahui menyerahnya Jepang dari para pembesar negeri matahari terbit di Jakarta. Tapi perwira tinggi Jepang itu tidak ada yang mau memberi penjelasan. Padahal suasana kota sudah "demam proklamasi".


Pada Rabu 15 Agustus 1945 pukul 20.00 di salah satu ruangan Lembaga Bacteriologi di Jl Pegangsaan Timur No 17 pada pemuda yang tidak sabar agar kemerdekaan diproklamirkan mengadakan pertemuan dipimpin Chairul Saleh. Kemudian mereka mengutus Wikana dan Darwis untuk mendesak agar Bung Karno dan Bung Hatta secepat mengumumkan mengumumkan proklamasi. Bahkan mengancam akan menculiknya. Tapi Bung Karno dan Bung Hatta menolaknya. Keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945 saat sahur para pemuda pun menculik keduanya disertai Fatmawati dan Guntur yang masih bayi ke Rengasdenglok, Karawang. Di sini kembali mereka menolak untuk memproklamirkan kemerdekaan. Pada malam hari setelah kembali ke Jakarta, Bung Karno dan Bung Hatta mengadakan pertemuan di kediaman Laksamana Maeda di Jl Imam Bonjol, yang dihadiri juga oleh para pemuda. Pertemuan untuk menyusun teks proklamasi berlangsung hingga menjelang fajar. Maka diputuskan Proklamasi Kemerdekaan akan diproklamirkan 17 Agtustus 1945 pukul 10.00 pagi. Tapi banyak yang kecele karena ada yang mengira proklamasi akan dilangsungkan di Lapangan Ikada (kini Monas).

Diantara kelompok pemuda yang bekerja keras mensukseskan pengumuman proklamasi adalah : 1. Kelompok Sukarni antara terdapat Kusnaeni, Adam Malik, Armunanto, Pandu Kartawiguna, M. Nitimihardjo yang hampir kesemuanya kemudian bernaung dalam Partai Murba. 2. Kelompok Syahrire -- tokoh yang kemudian menjadi Ketua Umum Partai Sosialis Indonesia (PSI). 3. Kelompok Pelajar dan Mahasiswa dikenal berjiwa dinamis. Mereka selalu bebas, merdeka dan terbuka. Mereka dianggap sebagai tenaga pendorong dan pendobrak yang tidak mengenal takut atau mati. Chairul Saleh yang masa pemerintahan Presiden Soekarno menjadi Ketua MPRS juga menjadi pendiri kelompok ini. Tempat para pemuda berkumpul dari ketiga kelompok itu berkumpul adalah Menteng Raya 341 (kini Museum Juang), Jl Prapatan 10 dan Cikini 71.  Di samping mereka juga terdapat para pemuda yang tergabung dalam Heiho dan PETA (Pembela Tanah Air). Masih ada Barisan Pelopor dipimpin dr Muwardi dan Sudiro. Ikut mengamankan jalannya proklamasi para jagoan dari berbagai tempat di Betawi. Yang hanya bersenjata golok, keris, pedagang, tombak dan bambu runcing.