ARTIKEL


Terapi Insulin Lebih Dini Untungkan Penderita Diabetes
Jumat, 02 Mei 2008

Terapi Insulin Lebih Dini Untungkan Penderita Diabetes

Lihat Gambar

KapanLagi.com - Terapi insulin bisa diberikan lebih dini bagi penyandang Diabetes Mellitus (DM) atau diabetasi tipe-2 yang membutuhkan, namun bukan terapi terakhir seperti yang diyakini selama ini.

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD di Jakarta, Senin (14/4), mengatakan, selama ini terapi insulin belum banyak diberikan kepada penyandang DM tipe-2, karena terapi ini dianggap sebagai terapi terakhir atau terapi bagi pasien yang sudah mendekati kematian.

"Akibatnya pasien sering menolak diberi terapi insulin, dokter juga jarang mau memberikannya, sebagian besar karena menganggap prosedurnya terlalu rumit dan merepotkan karena mereka harus dengan sabar melatih pasien menyuntikkan insulin. Padahal sebenarnya tidak demikian," katanya.

Ia menjelaskan, bila diberikan secara tepat terapi insulin lebih dini (early insulinitation) bisa mengontrol kadar gula darah hingga mendekati normal (120 mg/dl sebelum makan dan 140 mg/dl sesudah makan, red) serta mencegah komplikasi pada penyandang DM tipe-2 (Non-insulin Dependen).

"Tepat artinya insulin jenis yang tepat diberikan pada saat yang tepat dan kepada pasien yang tepat. Misalnya pasien yang sudah menjalani diet dan olah raga serta mengonsumsi satu atau dua jenis obat namun kadar gula darahnya tidak kunjung mendekati normal," katanya.

Ia menjelaskan, penyandang DM tipe-2 pada awalnya tidak membutuhkan insulin dari luar tubuh (eksogen) untuk bertahan hidup karena tubuhnya masih mampu menghasilkan insulin meski jumlahnya tidak mencukupi.

Namun, ia melanjutkan, dengan berjalannya waktu penyandang DM tipe-2 akan mengalami penurunan kemampuan produksi insulin sehingga membutuhkan insulin dari luar. Kebutuhan ini, katanya, bisa dipenuhi dengan memberikan terapi insulin baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan dengan obat-obatan yang sebelumnya diberikan.

Dokter, menurut dia, bisa memberikan terapi insulin bila pasien DM tipe-2 mengalami penurunan berat badan secara cepat, hiperglikemia berat, ketoasidosis diabetik, gagal menurunkan kadar gula darah meski sudah menggunakan kombinasi obat penurun gula darah, stres berat, hamil, dan mengalami gangguan fungsi ginjal atau hati berat.

Pemberian insulin eksogen, ia menjelaskan, harus diupayakan semaksimal mungkin menyerupai insulin yang secara alamiah diproduksi oleh sel beta pankreas dari tubuh orang yang sehat. Jenis insulin yang biasa digunakan untuk terapi yakni insulin kerja sangat cepat, insulin kerja pendek, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran.

DM di Indonesia

Diebetes Melitus (DM) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah serta mengakibatkan penyulit menahun pada sejumlah organ seperti jantung, otak, tungkai bawah, mata, ginjal dan jaringan syaraf.

Penelitian epidemiologi terkini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kejadian DM tipe-2 secara global. Di Indonesia, menurut perkiraan WHO, pasien DM tipe-2 tahun 2000 sebanyak 8,4 juta akan meningkat menjadi 21,3 juta pada 2030.

"Dari jumlah tersebut, 20% membutuhkan terapi insulin," kata dr. Pradana.

Angka-angka itu menunjukkan besarnya beban yang harus ditanggung untuk menanggulangi penyakit tersebut, apalagi fakta menunjukkan saat ini baru sekitar 50% penderita diabetes yang terdiagnosis.

Upaya dan langkah terintegrasi dari semua pihak dibutuhkan untuk menghambat laju epidemi diabetes melitus di Indonesia mengingat penyakit tersebut memberi dampak yang sangat besar pada pembiayaan kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.

Dalam hal ini, menurut dr. Pradana, usaha pencegahan dan penanggulangan diabetes melitus merupakan salah satu prioritas dalam program kesehatan masyarakat.

Ia menjelaskan, pada dasarnya upaya penanganan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandangnya dengan menjaga kadar gula darah mendekati normal dan mencegah terjadinya komplikasi.