ARTIKEL


" Keistimewaan " Sugeng Kasiani
Kamis, 10 April 2008

Wednesday, 9th April 2008

 

“Keistimewaan” Sugeng Kasiani

 

 

“ Masih ada orang yang tidak mencari alasan atas keterbatasan mereka untuk mendapatkan pengakuan atas keputusasaan mereka “

 

             Laksana dibangunkan dari tidur sesaat yang melenakan ketika manyaksikan tayangan Jelang Sore di Trans TV. Hanya 5 menit lamanya namun mampu menggugah nurani aku. Ya semacam vitamin  kalbu yang aku marasa akhir-akhir ini mulai berkurang kepekaanku akan manusia di sekitarku yang ternyata masih ada yang kurang beruntung dan mereka diberikan “keistimewaan” dalam hal fisik.

Ceritanya bermula sepasang suami istri Sugeng dan Kasiani yang hanya mengandalkan nafkah dari menambal ban dan berjualan bensin walau dengan “keistimewaan” fisik. Maaf Kondisi kedua kaki mereka berdua tumbuh kurang sempurna. Walau bisa berjalan dengan sigapnya yang tidak kalah dengan manusia normal lainnya, namun tetap saja dalam kehidupan sehari-hari bahkan melakukan bekerja yakni mengganti ban mengisi bensin dan memompa ban hanya mengandalkan  kedua tangan mereka. Awalnya yang terucap dari mulut ini ketika melihat hal itu Subhanallah dan tanpa diperintah mata ini menitik air mata serta terasa sesak dada ini, melihat ketegaran sepasang suami istri tersebut. Begitu gigih mereka menghadapi hidup ini dengan segala potensi dan keterbatasan yang mereka miliki tanpa sedikitpun terbersit di wajah mereka kesedihan dan kehinaan melakukan itu. Rasanya betapa kerdil jiwa ini dibanding dengan jiwa mereka yang begitu luas. Aku yang diberikan oleh Allah Swt dengan segala nikmat, tetapi sering kali masih kurang bersyukur. Beberapa jam sebelumnya dalam pikiran ini sempat terbersit mengapa segala sesuatu yang aku inginkan selama  ini selalu dijauhkan dari aku. Apa yang salah dengan aku???seringkali pertanyaan konyol itu muncul tiba2 tanpa aku sadari,tapi dengan melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Sugeng dan Kasiani terasa diingat bahwa masih ada orang yang tidak mencari alasan atas keterbatasan mereka untuk mendapatkan pengakuan atas keputusasaan mereka. Justru dengan keterbatasan yang membuat mereka lebih berani menghadapi hidup tanpa secuil pun memelas belas kasihan dari orang lain.

Ada hal lain yang terbersit dalam benak ini ketika melihat tayangan yang penuh inspiratif itu. Tetapi perlu saya tekankan disini bahwa saya tidak mencoba mengeksploitasi “keistimewaan” fisik seseorang tetapi saya mencoba meneladani sikap-sikap mereka dalam menghadapi hidup ini dengan segala “keistimewaan” mereka. Hal itu mengingatkan bahwa Allah tidak akan memberi cobaan makhluknya diluar kemampuan umatnya. Buktinya walau dijodohkan dengan orang yang sama-sama memiliki “keistimewaan”, keduanya masih dapat mendapatkan rizki yang memang Allah Swt  sudah mengukurnya sesuai dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Artinya mereka berusaha untuk merasa cukup dan mensyukuri dengan segala nikmat yang diberikanNya. Lalu,apakah pernah mereka berpikir bahwa mereka ingin mendapatkan lebih dari yang didapatkan selama ini seperti membeli mobil, memiliki baju bagus, memiliki kesejahteraan di masa tua dll?? Tidak munafik tentunya ya. Karena dari penuturan mereka, sebenarnya mereka berharap sekali diusianya sekarang yang menjelang senja dapat membuka toko kelontong yang menjual ban, oli, bensin dan peralatan kendaraan yang lain.  Tetapi seringkali dengan alasan yang klise bahwa semuanya terbentur masalah modal. Walaupun begitu mereka cukup sadar dan bersyukur dengan hal yang dimilikinya dan diberikan oleh Allah Swt pada mereka.

Justru hal itulah letak kenikmatan dan kebahagiannya. Apalah atinya bila kita memiliki kemudahan dalam menghasilkan harta yang berlimpah tapi kalau tanpa disertai dengan bersyukur yang ada hanya kurang-kurang dan berakhir pada kekeringan pada jiwa ini. Jadi bukan besar kecilnya benda yang jadi tolak ukur kabahagiaan seseorang tapi nilai2 moral yang timbul ketika kita menyikapi segala bentuk kenikmatan. Nilai-nilai keteladan itulah yang cermin dari mata yang terpancar dari wajah mereka. Saya bilang begini bukanlah ngecap karena mata adalah kejujuran yang hakiki. Sekali lagi Subhanaalah,Allah maha tahu dan adil. Dan tahu pula bahwa di akhir jamanlah akan terbalas segala keikhlasan sepasang suami istri Sugeng dan Kasiani. Amin.,???

 

Pencari Kebijaksanaan “Lotus Filo”