ARTIKEL


Bila Peta Bicara
Selasa, 28 Agustus 2007

Bila Peta Bicara

 

Jakarta: Batavia kuno adalah kota pelabuhan yang dibangun di muara Sungai Ciliwung. Kota ini didirikan pada 1619 oleh Jan Pieterszoon Coen.

Berdasarkan peta 1627, kota ini pertama kali berdiri di sebelah timur Sungai Ciliwung, yang saat itu masih berkelok-kelok bentuknya. Tapi, menurut peta 1667, Kota Batavia sudah meluas ke sebelah barat lengkap dengan tembok dan bastion.

Total terdapat 27 bastion dan kubu yang dibangun di sudut dan sekeliling tembok. "Pada peta ini juga tampak bahwa Sungai Ciliwung sudah diluruskan dan airnya disebar ke kanal-kanal," kata Profesor Mundardjito, arkeolog dari Universitas Indonesia.

Kanal-kanal dibangun di dalam dan luar kota. Di dalam kota, kanal ditata dengan pola kisi-kisi (grid) yang saling berpotongan tegak lurus. Pola grid itu, menurut Mundardjito, ditiru dari rancangan Kota Amsterdam di Belanda.

Di dalam kota juga berdiri balai kota, rumah sakit, gereja, dan rumah tinggal. Semua ini hanya diperuntukkan bagi kaum Eropa. Adapun kaum Cina, Arab, dan penduduk lokal ditempatkan di luar kota, di bagian barat dan selatan Sungai Ciliwung.

Sejak 1730, orang-orang Eropa mulai membangun rumah-rumah peristirahatan di luar tembok kota. Kota mulai mekar ke selatan (kini Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk) dan ke timur (Ancol).

Peta 1770 masih memperlihatkan Kota Batavia dengan benteng dan segala isinya. Namun, peta 1917 memperlihatkan perubahan yang drastis. Benteng dan bastion sudah tak tampak lagi.

Semuanya bermula saat munculnya berbagai wabah penyakit pada abad ke-19. A.A. Loedin, seorang peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Dewan Riset Nasional, pada dua tahun lalu menulis bahwa Batavia diserang 19 jenis penyakit, dari beri-beri sampai kolera.

Korban pun berjatuhan dan warga kota berbondong-bondong pindah ke kawasan timur, barat, dan selatan. Tapi pada awal abad itu, Gubernur Jenderal Daendels telah memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda ke kawasan Weltevreden (kini kawasan Lapangan Banteng).

Daendels juga membongkar tembok kota, termasuk bastion dan kubu. Batu-batu tembok kota ini dipakai untuk membangun gedung pemerintahan baru di Weltevreden--kini menjadi gedung Departemen Keuangan.

Namun, kawasan bekas kota tetap menjadi pusat pemerintahan Batavia dan perekonomian. Kanal-kanal pun ditimbun, sebagian menjadi jaringan rel kereta api dan trem, lainnya menjadi jaringan jalan seperti yang tersisa pada masa kini.

Peta 1917 itu juga memperlihatkan rumah sakit, Binnenhospitaal, yang berdiri sejak awal kota berdiri, sudah berganti dengan bangunan De Javasche Bank yang didirikan pada 1828. Lokasi berdirinya tembok dan kanal selatan telah ditempati gedung Carl Schlieper.

Wajah Batavia pun berubah drastis menurut foto udara pada 2007. Meski masih dipenuhi bangunan-bangunan tua, kawasan itu telah berubah menjadi salah satu sudut Kota Jakarta yang padat, macet, dan sesak. Kanal yang tersisa menjadi berair hitam dan busuk.

Bangunan De Javasche Bank kini telah menjadi Museum Bank Indonesia setelah berpindah tangan pada 1953. Sedangkan gedung Carl Schlieper menjadi Museum Bank Mandiri. Di dekat kedua museum itulah para arkeolog berhasil menggali reruntuhan fondasi bastion Hollandia.

 

Sumber : TEMPO Interaktif