ARTIKEL


Lumba-lumba Antiteror
Rabu, 15 Agustus 2007

Antiteror itu Bernama Lumba-Lumba

San Diego:
Angkatan Laut Amerika Serikat ternyata masih menempatkan lumba-lumba dan singa laut sebagai elemen penting dalam pertahanan maritim. “Mereka lebih baik dari apapun yang pernah kami buat,” kata Mike Rothe, Kepala Program Mamalia Angkatan Laut Amerika Serikat, di San Diego hari ini.

Angkatan Laut Amerika Serikat telah mendirikan pusat pelatihan mamalia di Pangkalan Angkatan Laut di Loma, Pelabuhan San Diego. Di sana sebanyak 75 ekor lumba-lumba dan 25 ekor singa laut dilatih menjaga instalasi militer. Mereka diajari cara mendeteksi ranjau dan teroris.

Pangkalan itu telah dibuka untuk para jurnalis untuk pertama kalinya sejak perang Irak. Sebelumnya beberapa pekan lalu Angkatan Laut mengumumkan rencana mengirimkan lebih dari 30 ekor lumba-lumba dan singa laut untuk berpatroli di pangkalan Kitsap-Bangor, Washington DC. Di tempat ini berdiri kapal selam nuklir, kapal-kapal perang, dan laboratorium.

Kedua satwa itu dapat mencari ranjau maupun perenang di perairan yang suram/berkabut. Secara serentak mereka menjatuhkan lentera di dekat ranjau atau perenang itu. Adapun singa laut membawa kabel dan benda seperti manset yang dijepitkan di kaki teroris. Tentara lalu bisa menggunakan kabel itu untuk menarik dan menangkap teroris..

Program mamalia Angkatan Laut sesungguhnya sudah berlangsung sejak akhir 1950an dan pada Perang Dingin telah melatih 140 ekor. Lumba-lumba bertugas menjaga dermaga pada Perang Vietnam. Adapun pada 2003, lumba-lumba diterjunkan ke medan perang Irak di pelabuhan Umm Qasr. Mereka melacak ranjau dan memberi jalan bagi Marinir.

Komodor Jon Wood, yang pergi ke Irak dengan lumba-lumba itu, mengatakan bom yang dipasang oleh perenang-perenang adalah ancaman yang nyata. Menurutnya ada beberapa kasus seperti itu di Vietnam.

Pada 1990an, pejabat Angkatan Laut sempat menghentikan program tersebut dan menggantinya dengan teknologi. Namun tampaknya itu tak berhasil dan program mamalia pun dilanjutkan sampai setidaknya 2012.

Namun rencana pengiriman satwa ke Washington ditentang aktivis hak-hak satwa. Mereka mengatakan pengiriman lumba-lumba dan singa laut ke perairan dingin seperti Washington, akan mengancam nyawa satwa itu sendiri. Lagipula dikhawatirkan mereka akan menularkan penyakit pada paus pembunuh di kawasan tersebut.Tapi Dr Stephanie Wong, seorang veteriner militer, mengatakan semua lumba-lumba diawasi dari penyakit.

Sumber : Tempo Interaktif