ARTIKEL


5 Kiat Singkirkan Kekhawatiran Berlebihan
Rabu, 09 Mei 2007

Kekhawatiran yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari, tidak akan menguntungkan. Mengikis perasaan itu tidaklah mudah. Bagaimana caranya?

"SEKARANG kita bisa menilai bahwa rencana A kurang efisien ketimbang rencana B, karena itu saya putuskan untuk melaksanakan rencana B."
"Wah, jangan Pak, Nanti klien marah kerena kita sudah mengatakan untuk melakukan rencana A."
"Mengapa mereka marah, Ran? Kita konsultan mereka. Kita bisa jelaskan bahwa rencana B lebih memungkinkan, lebih efisien, dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi."
"Nanti kalau mereka komplain, bagaimana kita menghadapi mereka? Nanti mereka begini.... begitu... Kalau kita ubah maka ...begini.... begitu..."

Tidak Ada Penyesuaian Diri
   
Sepintas lalu tidak ada yang salah dengan Rani. la cekatan, cerdas, dan juga cantik. Tapi kalau sedang rapat koordinasi, ada saja masalah yang diungkapkan. Khawatir dengan komplain, khawatir dengan image, khawatir perusahaan tidak tampak prestisius, bahkan khawatir rekan sekerja datang terlambat untuk urusan yang tidak ada hubungan dengan divisinya. Waktu rapat bersama Rani selalu berarti harus menyediakan waktu tambahan setidaknya satu jam.

Pada awalnya Rani dianggap sebagai seorang yang kritis sehingga rekan-rekan kerjanya banyak yang tertular "pikiran negatif"nya. Namun kini reputasinya berubah menjadi seorang yang terlalu khawatir dan nyinyir. Belum lama ini rekar sekerjanya merasa tersinggung karena merasa diatur, "Anda bukan atasan saya," sungut teman sekerjanya.

Orang-orang dengan kekhawatiran berlebihan seperti Rani ada di mana-mana, baik di dunia kerja, domestik, maupun pendidikan. Kekhawatiran yang berlebihan juga tidak pandang usia, setiap orang bisa mengalaminya. Bahkan tidak jarang terjadi pada usia anak. Ini biasanya terjadi pada anak dengan orang tua perfeksionis atau yang suka mengkritik.

Pada batas tertentu, sikap khawatir adalah cara untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang tidak pasti, tidak dapat dikendalikan, berbahaya, dan penuh dengan masalah.

Kekhawatiran bisa positif jika membantu Anda bertindak secara bertanggungjawab, meredam ketakutan terhadap apa yang akan terjadi, memotivasi untuk mengerjakan sesuatu, dan menghindari perasaan tidak enak. Namun informasi yang diterima oleh orang-orang dengan kekhawatiran yang berlebihan biasanya keliru, atau ia berfokus pada hal-hal yang keliru, dan menduga hal-hal berbahaya sebelum melihat kenyataannya.

Cari Penyebabnya

Sebenarnya ada beberapa pola yang menyebabkan seorang merasa khawatir secara berlebihan, di antaranya:

- Yakin segala sesuatu bisa terjadi di luar kendali

Orang yang khawatir secara berlebihan akan berusaha mengendalikan apa yang akan terjadi dengan memikirkan kemungkinan terburuk kemudian mencari solusinya. Misalnya memikirkan akan ada komplain dari klien seperti yang dilakukan Rani. Kemudian Anda berjam-jam memikirkan solusinya. Jika ternyata tidak ada komplain dari klien, waktu dan pikiran Anda terbuang sia-sia karena memikirkan sesuatu yang tidak nyata.

- Terlalu dipikirkan

Memikirkan segala sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Contoh: Jody, seorang bujangan berusia 35 tahun, terus-menerus memikirkan bagaimana jika ia ditolak wanita. Bukannya memperbaiki situasi, ia malah terus-menerus memikirkan kemungkinan penolakan yang akan dialami. Ini menunjukkan bahwa Jody merasa tidak percaya diri.

- Tidak tahan terhadap ketidakpastian

Kebanyakan orang yang khawatir berlebihan sulit mentoleransi ketidakpastian. Mereka lebih suka memperkirakan kenyataan yang pahit daripada menghadapi kenyataan yang tidak pasti yang kemungkinannya positif. Seorang calon ibu yang mengkhawatirkan kesehatan janinnya akan melakukan berbagai pemeriksaan sampai ia memperoleh kepastian. Tapi usaha semacam ini
kebanyakan membuatnya menjadi lebih frustrasi, karena akan muncul hal-hal lain yang juga akan menimbulkan kekhawatiran baru.

Memutuskan Rantai Kekhawatiran

Berhenti khawatir hanya mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Dr Robert Leahy, Presiden International Association of Cognitive Psychology, menjabar lima kiat untuk memutus rantai kekhawatiran yang berlebihan, yaitu:

1.  Khawatir secara lebih efektif

Daripada menghilangkan kekhawatiran sekaligus, lebih baik jika Anda mulai memisahkan kekhawatiran yang benar-benar harus diperhatikan dan yang harus dihilangkan. Cara membedakannya, evaluasi kembali apakah kekhawatiran itu masuk akal atau tidak? Apakah Anda bisa melakukan sesuatu dengan segera? Jadi jika tidak ada yang bisa Anda lakukan dengan segera, anggap saja kekhawatiran tersebut tidak berguna.

2.  Menerima bahwa Anda tidak tahu

Salah satu akar kekhawatiran adalah adanya ketidakpastian. Semakin tinggi toleransi terhadap ketidakjelasan, akan semakin rendah kekhawatiran Anda. Berbeda dengan terapi penegasan diri untuk berkata "Stop" jika sedang memikirkan hal-hal yang dikhawatirkan,
teknik pikiran "flooding" (atau membanjiri) justru mengajarkan bahwa Anda tidak dapat melakukan apa-apa untuk menetralisir pikiran. Membanjiri pikiran Anda dengan sesuatu yang tidak pasti tanpa melakukan apapun akan membuat Anda mengetahui bahwa ternyata Anda dapat hidup dalam ketidakjelasan.

Seperti yang dialami Ibu Maria yang selalu khawatir tidak bisa hamil, sehingga terus-menerus melakukan upaya agar bisa hamil. Tapi upaya dengan stres tinggi tersebut tidak memberi hasil. Akhirnya setelah 20 tahun berupaya tanpa hasil ibu Maria memutuskan untuk berhenti khawatir dan pasrah. Stres yang menurun ternyata membuatnya subur sehingga di usianya yang ke- 42 ia hamil.

3.  Menyesuaikan diri dengan ketidaknyamanan

Apabila Anda khawatir, ada berbagai hal yang tidak ingin Anda pikirkan atau kerjakan. Sisi positif dari rasa khawatir adalah mencegah emosi tidak menyenangkan lainnya muncul. Meningkatkan toleransi terhadap rasa frustrasi merupakan kunci untuk mempelajari cara
berhenti khawatir. Karena itu Anda harus melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai.

Mulailah dengan melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan dengan mengerjakan hal-hal yang Anda hindari. Tindakan ini bermanfaat untuk meraih tujuan yang baru dan lebih produktif daripada Anda terus menerus khawatir tapi tidak melakukan apa-apa.

4.  Membuat diri Anda bosan khawatir

Anda mungkin mulai merasa bahwa kekhawatiran Anda mulai tak terkendali dan semakin lama semakin besar. Padahal kekhawatiran, seperti juga perasaan yang lain, bisa dikendalikan. Dr. Leahy menganjurkan agar Anda menyediakan waktu dan tempat khusus untuk merasa khawatir. Caranya, 30 menit setiap sore Anda menuliskan hal-hal yang dikhawatirkan.

Lakukan selama dua minggu. Silakan menganalisa, dan Anda akan melihat bahwa kekhawatiran Anda biasanya mengenai hal-hal yang sama. Setelah dua minggu, pengendalian diri akan terbentuk dan Anda pun tidak lagi membutuhkan waktu 30 menit itu karena yang dikhawatirkan selalu hal yang sama. Maka Anda pun menjadi bosan untuk khawatir.

5.  Perhatikan perasaan Anda

Menurut Dr. Leahy, orang yang sering khawatir biasanya merasa bersalah memiliki perasaan demikian dan merasa bahwa seharusnya mereka tidak boleh memiliki emosi demikian. Mereka juga merasa tidak bisa mengendalikan perasaannya dan berpikir orang lain tidak akan memahaminya. Seperti seorang yang baru belajar mengendarai mobil di jalan raya, jika ia tidak berani memutuskan untuk mengendarai mobil di jalan raya maka ia tidak akan merasakan kecemasan dan mengatasinya. Pada akhirnya ia akan menemukan bahwa yang ditakuti sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan.

Untuk mengatasi perasaan semacam ini, Dr. Leahy mempunyai kiat mengatasinya yaitu dengan mengenali emosi. Caranya dengan mencari bagian tubuh yang tegang. Bagian inilah yang akan menjadi penghubung emosi Anda. Jika telah menemukan bagian yang tegang, cobalah untuk meningkatkan ketegangan bagian tersebut. Untuk bagian wajah misalnya, cobalah menegangkan wajah seperti saat Anda merasakan makanan yang asam sekali. Pikirkan kembali apa yang Anda rasakan saat bagian tersebut ditegangkan. Jika sudah menemukan perasaan yang tersembunyi tersebut, terimalah perasaan tersebut dan hayatilah. Setelah itu lepaskan ketegangan tersebut.

Kelima kiat di atas hanyalah cara yang bisa membantu. Yang lebih penting dari semuanya adalah menyadari bahwa kekhawatiran tidak berbeda dengan memikirkan sesuatu yang akan datang, yang belum tentu ada dan belum pasti. Kenyataannya, sebagian besar kehidupan kita diselimuti oleh ketidakpastian sampai saatnya tiba, karena ketidakpastian adalah bagian dari rahasia kehidupan. Bayangkan jika semua hal dalam kehidupan bisa dipastikan / serba pasti maka akan membosankan, bukan? Jadi buat apa terlalu khawatir? Don't worry be happy...

Sumber : Majalah Nirmala. 

http://cybermed.cbn.net.id/