ARTIKEL


Kue Bulan
Selasa, 19 September 2006

Merayakan Pertemuan Dua Sejoli Lewat Kue Bulan

 

Menjelang festival pertengahan musim gugur yang akan jatuh pada 6 Oktober 2006, kue bulan atau kue Tiong Ciu Phia biasanya dengan mudah kita temui di mana-mana.

Kue berbentuk bulat berwarna agak kecokelatan yang rasanya manis dan muncul setahun sekali itu ternyata menyimpan legenda cinta.

Alkisah hidup seorang pemanah sakti bernama Hou Yi. Pada masa itu bumi dikitari oleh 10 matahari yang bergantian menyinari dan menghangati bumi. Namun suatu hari kesepuluh matahari itu muncul secara bersamaan, sehingga panas yang dirasakan di bumi sudah tak tertahankan.

Kaisar lalu memerintahkan Hou Yi untuk memanah ke-9 matahari. Singkat cerita Hou Yi berhasil melaksanakan tugasnya dan diganjar hadiah berupa cairan keabadian. Sesampai di rumah, Hou Yi menceritakan keberhasilannya kepada istrinya, Chang-E.

Chang-E rupanya juga berminat pada cairan tersebut dan meminumnya sampai habis. Akibatnya ia menjadi ringan dan tertiup angin, Hou Yi berusaha menarik istrinya namun tidak berhasil, tubuh Chang-E terus terbawa naik sampai ke bulan. Sejak itu ia menjadi Dewi Bulan

Hou Yi lalu menjadi sedih dan kesepian sepeninggal istrinya. Keduanya baru bisa bertemu setiap hari ke-15 bulan ke-8 penanggalan China, saat itu bulan bulat penuh dan bersinar sangat terang.

Tradisi perayaan mooncake (kue bulan) merupakan tradisi untuk merayakan pertemuan dua sejoli tersebut. Cerita tersebut merupakan salah satu versi dari sekian banyak versi cerita lain.

Biasanya masyarakat etnis China merayakan mooncake festival bersama keluarga. Mereka menikmati kue bulan sambil ditemani chinese tea yang rasanya pahit. Bahkan di Singapura banyak yang merayakannya di taman sambil membaca puisi-puisi romantis.

Berbagai rasa

Sebenarnya ada dua macam kue bulan, yang berwarna putih dan berwarna cokelat. Yang berwarna putih berasal dari suku Hokkian di China, sedangkan yang coklat adalah kue bulan dari suku Canton.

Pada awalnya isi kue bulan adalah daging, sayuran atau kacang-kacangan. Kacang-kacangan ini bisa hadir sendirian atau dikombinasikan dengan bahan lain. Misalnya, kacang hitam dengan kismis, kacang hijau dengan kacang mete, atau kacang hitam dengan telur asin.

Di Indonesia, kue bulan sudah hadir sejak lama. Meski rasanya terlalu manis, kehadirannya termasuk ditunggu-tunggu. Kini untuk lidah orang modern, para produsen kue bulan telah membuat bermacam variasi rasa.

Misalnya yang dilakukan oleh produsen roti Bread Talk yang memperkenalkan empat jenis rasa kue bulan yaitu white lotus, golden pandan, green tea dan traditional lotus. Yang istimewa, pada keempat jenis kue bulan tersebut terdapat kuning telur di dalamnya.

"Menurut tradisi, mereka yang mendapat egg yolk (kuning telur) paling besar hokinya tahun ini juga akan besar," kata Gita Herdi Hastarani, PR Manager Bread Talk Indonesia. Gita juga menerangkan tentang cara makan kue bulan.

Sebelum memulai makan kue bulan, kue bulan harus dipotong menjadi dua bagian, setelah itu dilanjutkan dengan memotongnya menjadi empat dan terakhir menjadi delapan bagian. Maksud dari tradisi tersebut, menurut Gita adalah agar kue bulan dapat dibagikan ke seluruh anggota keluarga.

Proses pembuatan kue bulan tergolong rumit seperti halnya pembuatan dodol. Para produsen tradisional bahkan sudah membuatnya sejak empat bulan sebelumnya. Hal itu dikarenakan mereka harus membuat biang sebagai pengganti ragi.

"Biang ini harus disimpan selama 3 bulan. Bisa saja, sih, kalau diganti ragi, tetapi hasil kue jadi keras," kata Harry, pemilik perusahaan kue bulan merek Sin Hap Hoat, seperti dikutip Sedap Sekejap. 

Sementara itu untuk kue bulan dari Bread Talk menurut Gita semua dikerjakan di Singapura, negara asal Bread Talk. "Kue bulan kami bisa tahan dua bulan karena tanpa bahan pengawet," ujarnya.

Dengan harga Rp 65 ribu, Anda bisa membawa pulang paket kue bulan jenis Raising Moon empat rasa. Sedangkan untuk paket Full Moon yang berukuran lebih besar, Anda harus membayar Rp 150 ribu ditambah 1 boks chinese tea. Sementara itu untuk kue bulan tradisional, para pedagang menjualnya seharga Rp 50 ribu satu dus.

"Keistimewaan paket-paket kami adalah dikemas dalam kotak yang cantik sehingga layak untuk diberikan sebagai hantaran. Paket full moon yang ukurannya lebih kecil kami buat bagi konsumen yang ingin mencicipi dulu atau bisa juga untuk hantaran bagi keluarga kecil," tutur Gita.

Bila Anda ingin berbagi kasih, seperti halnya Hou Yi dan Chang-E mengenang cinta mereka, nikmatilah kue bulan bersama orang yang Anda kasihi, bila perlu sambil duduk beralas tikar di bawah sinar bulan purnama.

Sumber : Kompas.com