ARTIKEL


Biasakan Sebelum Ramadhan
Jumat, 08 September 2006
Biasakan Sebelum Ramadhan

Biasakan Sebelum Ramadhan

"Dengan fokus persiapan dibuat sederhana, diri akan lebih mudah disiplin menaati syari'at ibadah"

Bagi umat Islam, bulan ramadhan teramat istimewa. Umur bulan yang berlangsung 30 hari itu dibagi ke dalam tiga fase spesial. Sepuluh hari kesatu, fase pelimpahan rahmat. Sepuluh hari kedua, fase limpahan ampunan. Dan fase ketiga, sepuluh hari terakhir, adalah fase di mana setiap umat Islam dijanjikan akan terbebas dari api neraka.

Tak heran, atas janji Allah tersebut, kebanyakan umat Islam berusaha tampil beda dalam peribadatan di bulan ramadhan. Tak biasa pergi ke masjid, jadi pergi ke masjid. Tak biasa sedekah, jadi tiap hari mengeluarkan infak. Dan tak biasa shalat malam, jadi rajin qiyamul lail. Mulai satu minggu pertama ramadhan, tampak sekali perbedaan mencolok tersebut. Betul-betul kaum muslimin tampak lebih giat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Namun, ada juga kecenderungan lain, yang lazim tampak setelah memasuki fase kedua dan fase ketiga bulan ramadhan. Dalam fase-fase ini, biasanya semangat menurun, muncul inkonsistensi dalam kuantitas dan kualitas ibadah, dengan salah satu indikator : masjid lebih sepi daripada hari-hari awal bulan ramadhan.

Banyak perkara yang menjadi pangkal terjadinya inkonsistensi. Jadwal buka puasa bersama, ironisnya, juga menjadi salah satu momen yang membuat seseorang tidak lagi taat pada jadwal tarawih, bahkan jadwal shalat maghrib dan isya. Gawat memang. Jadwal buka shaum pun biasanya tak hanya satu jadwal dalam sebulan. Buka puasa bersama di kantor, bisa ditambah dengan agenda buka puasa bareng teman-teman SMA, bareng kawan-kawan kuliah, bahkan bisa jadi : banyak kolega yang juga mengajak buka puasa bersama. Lagi-lagi ironis, ketika buka puasa bersama ini menjadi rukhshah, sehingga merasa baik-baik saja melaksanakan shalat maghrib di waktu 'Isya, dan melakukan shalat 'isya menjelang sahur berakhir.

Bila inkonsistensi kerap menjangkiti diri pada bulan-bulan ramadhan lalu, maka sebelum memasuki ramadhan 1428 Hijriyah ini, mari berhitung soal berapa kuat tekad kita, berapa jauh ilmu kita, dan seberapa terpadunya program yang kita canangkan untuk sukses ramadhan. Bila ketiga unsur ini telah saling menopang dan kita persiapkan, niscaya inkonsistensi tak terjadi, dan diri selaku hamba bisa istiqamah menempuh fase demi fase menuju sukses ramadhan.

Apakah cukup tekad, ilmu dan program saja untuk meraih sukses ramadhan ?

Tekad, ilmu dan program membutuhkan juga persiapan terpadu. Paling sederhana, persiapan menuju ramadhan dimulai dengan membenahi segala aktivitas ibadah mahdhah dan ghayr mahdhah, saat memasuki bulan Rajab. Shalat usahakan selalu tepat waktu dan berjamaah, upayakan tiada hari tanpa sedekah, serta hiasi seluruh indera kita dengan akhlaqul karimah, saat memasuki bulan yang juga istimewa -karena ada peristiwa isra mi'raj- tersebut.

Dengan fokus-fokus persiapan yang dibuat simpel dan sederhana, biasanya diri akan lebih mudah disiplin dan concern menaati segala syari'at ibadah, sehingga menjadi kebiasaan pada bulan ramadhan kelak. Kebiasaan yang membuat kita konsisten dan mudah untuk istiqamah, dalam rangka meraih limpahan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka.(aea)

Diambil dari http://www.cybermq.com/cybermq/detail_topikutama.php