ARTIKEL


Rindu Pemimpin Yang SHALEH
Senin, 07 Agustus 2006

Pada pekan awal Agustus 2006, mari kita merenung sebenarnya apa yang diperingati dalam bulan Agustus ?. Sedangkan pemimpin Islam, Rosullullah SAW meminta agar kita jangan ikut2an apa yang dilakukan orang2 kafir, karena dapat menyesatkan kamu ke jalan Allah. Maka dari itu masuklah Islam secara menyeluruh atau secara kaffah, dan bersungguh2lah iman kepada Allah dan Rosulnya nanti kamu akan mendapat petunjuk dan hidayah.

Seperti yang kita tulis pada waktu yang lalu perbedaan seorang pemimpin dan pimpinan,untuk hal ini bagaimana kita dapat mencari Pemimpin Yang Shaleh? Seorang pemimpin, meminta agar kita berhemat dengan tidak menghambur-hamburkan uang (Anggaran), contoh Pemerintah, pembelian mobil dinas misalnya, hendaklah dibatasi. Dia bilang dinomor sekiankan, pembangunan gedung2 dan pembelian mobil-mobil dinas yang sebenarnya bisa lebih hemat. Lebih dinomorsatukan anggaran untuk pendidikan, kesehatan yang didaerah termasuk infrastruktur dasar yang diperlukan oleh masyarakat lokal.

Mendengar seruan pemimpin untuk berhemat yang telah cukup sering disampaikan, seorang akademis berkomentar pendek, bahwa
Selama (Pemerintah) pusat tidak bisa memberi contoh, tentu tidak mudah untuk menghimbau (Pemerintah) daerah.
Komentar sang akademis itu sederhana namun sesungguhnya dibalik kesederhanaan pernyataan itu, terdapat makna yang dalam, berupa pesan (baca:peringatan) kepada siapapun terlebih kepada pemimpin (di semua level) agar dapat mengiringi setiap janji, atau petunjuk, atau perintah yang kita sampaikan kepada orang lain dengan keteladanan. Intinya, berilah contoh yang baik, maka orang lain serta merta mengikuti dengan tulus.

Jika tidak memberi teladan sebelumnya, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Yaitu, bukan saja orang lain akan antipati kepada kita, malah mereka akan memandang remeh kita, dan bukan tak mungkin mereka lalu mencabut mandat yang pernah diamanahkan kepada kita. Bahkan dalam perspektif islam, siapapun yang tak sama antara kata dan perbuatannya, akan mendapatkan sanksi berat dari Allah.
"HAI ORANG2 YANG BERIMAN,KENAPAKAH KAMU MENGATAKAN SESUATU YANG TIDAK KAMU KERJAKAN? AMAT BESAR KEBENCIAN DISISI ALLAH BAHWA KAMU MENGATAKAN APA2 YANG TIDAK KAMU KERJAKAN." (QS.Ash-Shaff (61):2-3).
Pemimpin = Amanah. Kapanpun, kita sangat memerlukan pemimpin yang bukan saja pandai dan adil, tapi yang penting bisa membawa amanah. Sikap amanah terkait dengan antara lain keteladanan, seperti satu kata dengan perbuatan. Karena Allah menilai seseorang dengan niatnya, dan manusia menilai manusia dengan perbuatannya. Kita butuh pemimpin yang memiliki rasa malu jika berbuat salah, dan tak malu mengaku salah jika memang salah. Dalam perspektif Islam, rasa malu adalah esensi terpenting dari (keseluruhan) agama.

Perhatikanlah dialog ini.:
"Yaa,Rasulullah bagaimanakah kedudukan rasa malu itu dalam Islam apakah termasuk ajaran agama? Rasulullah SAW menjawab."Justru rasa malu itulah keseluruhan agama."
Sesungguhnya,diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah jika engkau tidak malu,berbuatlah sekehendakmu.
(HR Bukhari).
Artinya rasa malu itu berperan sangat penting dalam mewarnai kiprah keseluruhan manusia. Lebih tegas lagi,bahwa "Rasa Malu dan Iman merupakan dwi-tunggal yang tak terpisahkan. Jika salah satu hilang,maka lenyap pulalah yang satunya". Kita wajib malu, jika ucapan kita tak sama dengan perilaku kita. Pemimpin berjanji memberantas korupsi, tapi rakyat tak menemukan cukup bukti. Sejumlah koruptor kakap divonis bebas. Malah, sejumlah rakyat yang melarat makin terus bertambah. Kita, terutama para pemimpin akan lebih baik jika tidak suka menjadi penabur janji. Sebab, mendengar merupakan gerbang pertama menuju kebaikan. Oleh karena itu, sudilah Anda para pemimpin, sejenak mendengarkan ini: "Apakah kamu mendirikan pada tiap2 tanah tinggi bangunan untuk bermain-main atau bermewah2 dan memperlihatkan kekayaan. Dan kamu membuat benteng2 dengan maksud supaya kamu kekal di dunia?. Dan, apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang2 kejam dan bengis maka bertakwalah kepada Allah dan taatilah padaKU."(QS.Asy-Syuraa'(26):128-131).
Sungguh tak bermanfaat semua pembangunan itu, jika didalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatannya, melupakan iman.