ARTIKEL


CARA MEMINIMALKAN KONFLIK RUMAH TANGGA
Selasa, 25 Juli 2006

Pada hakekatnya manusia itu "BODOH" untuk membangun sebuah keluarga sakinah harus melalui proses,keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun,lebih kepada adanya ketrampilan untuk mengatur konflik. Dalam Al-Qur'an : Allah berjanji,barang siapa yang tabah menderita dari ujian2-NYA itulah tanda2nya orang yang dikasihani,tempatnya sorga. Namun sebaliknya barang siapa tidak ingin diuji tempatnya neraka jahanam.
Saudaraku,begitu banyak orang yang menyangka bahwa pernikahan itu indah sekali. Padahal,sebetulnya indah sekali? Tak sedikit yang menyesal,kenapa tak dari dulu menikah. Begitu indahnya menikah sehingga Allah menjelaskan dalam QS.Ar-Ruum ayat 21,yang artinya :
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-NYA ialah diciptakan-NYA untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-NYA diantara kamu rasa dan kasih. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir ".
Sahabat,begitu indahnya ayat diatas,secuplik ungkapan yang lazim terdengar tentang pernikahan. Ayat tersebut hampir setiap kali ada pernikahan selalu didengungkan dan didengarkan banyak orang. Baik kedua mempelai maupun orang yang hadir menyaksikan pernikahannya yang indah itu.
Namun jelas,tak segampang yang dibayangkan untuk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah,namun lebih kepada adanya ketrampilan untuk mengatur konflik. Ada tiga manajemen konflik dalam rumah tangga,yaitu pencegahan terjadinya konflik,menghadapi tatkala konflik terlanjur berlangsung,dan apa yang harus dilakukan setelah konflik reda.
Berikut ini,kita akan menguraikan tentang bagaimana meminimalkan terjadinya konflik dalam rumah tangga kita. Pertama,siap dengan hal yang tak diduga,pada dasarnya kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita,bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. namun bagaimana setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semuanya harus sama"gelombangnya" dengan kita,maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak. Dalam rumah tangga,bisa jadi pasangan kita ternyata tidak seideal yang kita impikan,maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi,tidak secantik yang dibayangkan,atau tidak segesit yang kita harapkan. Misalnya,kita harus berlapang dada sekali andai ternya apa yang kita idamkan tidak ada pada dirinya. Juga sebaliknya apabila yang kita lihat luar biasa atau benci,ternyata istri atau suami kita miliki sikap tersebut. Kedua,sampaikan pesan tindak lanjut dan kesepian kita menghadapi perbedaan yang ada adalah memperbanyak pesan aku. Sebab umumnya makin orang lain mengetahui kita. Misalnya sebagai istri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur,maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini,kita bisa mengatakan"Mas orang bilang,kalau tidur saya itu suka ngorok...jadi Mas siap-siap. Sebab sebetulnya saya sendiri enggak niat ngorok.
Sebagai suami,misalnya kita menyatakan keinginan kita,contoh Saya kalau pkl.03.00 sudah bangun,tolong bangunkan saya,saya suka menyesal kalau tidak tahajud,kalau sedang tahajud saya tidak ingin ada suara yang mengganggu. Sehingga jika sebelumnya masalah-masalah dalam rumah tangga kita diskusikan sebelumnya,maka masalahnya menjadi sangat mudah diselesaikan,dan potensi konflik pun menjadi minimal. Ketiga,tentang aturan,kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama.karena kalau tak tahu aturan bagaimana orang bisa menurut? Jadi,kita harus membuat sekaligus.Sosialikan!Misalnya istri kita jarang mematikan kran/kompor setelah menggunakan.bisa jadi kita dongkol. Disisi lain,boleh jadi istri malah tak merasa bersalah sama sekali,sebab dia dia berasal dari desa dan di desa pancuran toh tak pernah ditutup? Begitu pula anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini,tidak usah kaku buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua,makin orang tahu peraturan,maka peluang berbuat salah makin minimal. Wallahu'alam. (oleh :KPDE)