ARTIKEL


Bila Hadits Digugat
Selasa, 16 Mei 2006
Sering kali kita mendengar orang berkata"karena hadits ditulis setelah nabi wafat,kemungkinan salah sangat besar. Lebih baik kita berpegang teguh pada Al-Qur'an saja." Perkataan seperti ini sebenarnya bukanlah barang baru di dunia pemikiran Islam. Para orientasi sudah lama melakukan hal itu untuk melemahkan kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum muslimin) kedua setelah Al-Qur'an. Pada hal bagi orang yang telah mengimani Al-Qur'an sebagai sumber hukum,maka secara otomatis harus percaya bahwa sunnah Nabi juga sebagai sumber hukum Islam. Ayat-ayat Al-Qur'an cukup banyak menjelaskan tentang hal ini. Misalkan dalam surat : - Al-Anfal:20 - Ali-Imron :32 - Muhammad:33 - Al-Mujadalah :13 - An-Nisa :59 - An-Nur :54 - Al-Maida :92 yang intinya memerintahkan setiap mu'min harus percaya kepada Allah dan Rosul-NYA. Kemudian ditegaskan dalam surat An-Nisa:80, Ali Imran:31 kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. Juga dalam An-Nisa:65 disebutkan bahwa berhukum terhadap sunnah adalah tanda orang yang beriman. Sedang orang-orang yang menyalahi sunnah akan mendapatkan siksa (al-anfal:13,al-mijadalah:5,an-Nisa:115). Dari ayat ini sangat jelas bahwa sunnah memiliki kedudukan yang pasti dan jelas dalam Islam. Alasan umat Islam berpegang pada hadits karena memang di perintahkan oleh Al-Qur'an. Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum,maka kaum Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam hal: - Tata cara shalat,kadar dan ketentuan zakat,cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur'an dalam hal ini tersebut hanya berbicara secara global dan umum, dan yang menjelaskan secara terperinci justru sunnah Rasulullah. Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak (multi makna),muhtamal (mengandung makna alternatif)dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan sunnah untuk menjelaskannya. Dan apabila penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan rasio (logika) sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-tafsiran yang sangat subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.